SRAGEN, diswaysolo.id – Kabupaten Sragen yang terletak di Jawa Tengah dikenal dengan sebutan Bumi Sukowati. Namun, tidak semua orang mengetahui alasan di balik julukan tersebut.
Untuk memahami hal ini, kita perlu menelusuri sejarah berdirinya Kabupaten Sragen dengan julukan bumi Sukowati. Kabupaten ini, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ngawi di Jawa Timur, memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan perjuangan Pangeran Mangkubumi melawan penjajahan Belanda.
Berdasarkan catatan sejarah dan tradisi lisan yang ada di Sragen, nama Sukowati ternyata lebih tua daripada nama Sragen itu sendiri.
Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih lanjut mengenai Sragen yang dikenal sebagai Bumi Sukowati. Mari kita simak bersama hingga tuntas!
Nama Sukowati terkait dengan Ratu Baka
Pegiat Sejarah Sukowati, Jarwanto, dalam dialog budaya bertajuk Cah Sragen Wong Sukowati yang diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol Sragen, menjelaskan bahwa nama Sukowati memiliki akar sejarah yang terkait dengan Ratu Baka di Yogyakarta.
Menurutnya, nama Sukowati sudah ada sejak zaman Rakai Panangkaran pada abad VII. Pada masa itu, terdapat seorang raja bawahan bernama Rakai Walaning Pu Kumbayoni yang diduga melarikan diri ke daerah yang kini dikenal sebagai Sukowati saat terjadi perang.
Daerah yang dihuni oleh Rakai Walaning Pukumbayoni diyakini sebagai cikal bakal Bumi Sukowati. “Nama Sragen baru muncul pada masa perang Mangkubumi, berdasarkan kisah yang disampaikan oleh Sukro Djogosarkoro.
Dalam kisah tersebut, Pangeran Mangkubumi diprediksi akan menjadi raja karena terdapat tanda huruf Buddha di dahinya. Prediksi ini disampaikan oleh Ki Rantam, yang kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Sukowati, karena setelah mendengar hal itu, Pangeran Mangkubumi memutuskan untuk menamai daerah tersebut sebagai Dukuh Sukowati,” jelasnya.
Dari Tumenggung Alap-Alap
Jarwanto juga menambahkan bahwa menurut cerita yang sama, nama Sragen muncul setelah Tumenggung Alap-alap menyajikan hidangan makanan dan legen (minuman fermentasi dari sari gula kelapa) dalam tebok (wadah makanan) dan bumbung (wadah minuman dari bambu) yang dibawa dengan tongkat.
“Nama Sragen diambil dari gabungan kata pasrah dan legen. Dalam sejarah Hari Jadi Sragen, nama ini juga berasal dari dua kata tersebut yang dihubungkan dengan Ki Ageng Srenggi. Perlu dicatat bahwa nama Sragen tidak ditemukan dalam kamus Jawa maupun Bausastra Jawi,” tambahnya.
Jarwanto mengungkapkan bahwa Sukowati sebenarnya merupakan sebuah peradaban yang telah ada sejak zaman Sangiran hingga era Aji Saka, Majapahit, dan Mataram, hingga saat ini, dengan semua bukti sejarah yang ditemukan di wilayah Sragen.
Ia menegaskan bahwa Sukowati sudah ada sejak masa Majapahit, yang dapat dibuktikan melalui berbagai peninggalan Hindu serta nama-nama daerah yang mengandung sebutan Majapahit, seperti Kandang Majapahit di Jekawal dan Dukuh Majapahit di Sambungmacan.
Di sisi lain, Prof. Hermanu Joebagio dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa wilayah Sukowati sangat luas, bahkan mencakup daerah Madiun. Namun, saat ini, hanya daerah Sragen yang masih mempertahankan nama Sukowati.
Demikian ulasan mengenai Sragen yang dikenal sebagai bumi Sukowati. Semoga informasi ini bermanfaat.






