diswaysolo.id – Umat Hindu dari seluruh Soloraya mengikuti upacara keagamaan Puja Wali/Piodalan di Pura Indra Prasta,Kampung Mutihan, Sondakan, Solo, pada malam Senin, 12 Mei 2025. Umat Hindu se-Soloraya Rayakan Piodalan.
Upacara ini diselenggarakan untuk merayakan ulang tahun ke-22 pura yang juga berfungsi sebagai markas Kampung Pancasila.
Upacara kita mulai sekitar pukul 18.00 WIB, namun umat Hindu se-Soloraya telah berkumpul di lokasi sejak sebelum pukul 17.00 WIB.
Sebagian besar dari mereka mengenakan busana keagamaan berwarna putih yang kami padukan dengan kain jarit, sementara yang lainnya mengenakan busana berwarna kuning dan hitam.
Umat Hindu se-Soloraya Rayakan Piodalan
Upacara memulainya dengan mecaru atau penyucian umat oleh salah satu pemuka agama Hindu setelah itu.
Sebagian umat yang telah kita sucikan melanjutkan dengan penyucian area pura yang memiliki luas sekitar 1.000 meter persegi.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), AKP (Pur) Ida Bagus Komang Suarnawa menjelaskan bahwa tujuan dari mecaru adalah.
Untuk menetralkan makhluk-makhluk lain agar umat Hindu dapat melaksanakan sembahyang dengan khusuk.
Selanjutnya, acara berlanjut dengan manggala upacara yang oleh pemuput I Gde Mangku Gde pimpin, yaitu melakukan caru ayam manca warna sebelum sembahyang.
“Setelah itu, sebelum acara seremonial, ada proses yang menyebutnya Nginep, adalah kami memohon kehadiran Tuhan secara simbolis saat sembahyang.
Setelah itu, Tuhan akan kembali atau Nginep ke Soang-Soang atau ke istananya masing-masing,” ungkap Ida saat menemuinya pada Senin, 12 Mei 2025.
Sebelum rangkaian upacara berakhir, terdapat satu kegiatan tersisa, yaitu Dharma Wacana yang mengundang beberapa tokoh masyarakat dan keagamaan setempat.
Termasuk Camat Laweyan dan perwakilan dari Kantor Kemenag Provinsi Jawa Tengah.
Dharma Wacana ini dapat kita artikan sebagai penyampaian arahan dan motivasi dalam Piodalan ini,” ujarnya.
Keberadaan pura dan masyarakat mencerminkan keharmonisan bersama dalam lingkungan
Selain itu, Ida juga menekankan bahwa momen ini sangat penting bagi umat Hindu di Soloraya yang jumlahnya relatif kecil.
Namun, dengan adanya Puja Wali/Piodalan Pura Indra Prasta yang ke-22.
Hal ini menunjukkan kuatnya nilai-nilai toleransi untuk Soloraya secara umum dan Kampung Mutihan secara khususnya.
“Pura Indra Prasta berfungsi sebagai pusat pertemuan saat ada kegiatan Kampung Pancasila untuk Kampung Mutihan.
Ini menunjukkan bahwa keberadaan pura dan masyarakat mencerminkan keharmonisan bersama dalam lingkungan,” jelasnya.
Kawasan pura itu sendiri, lanjutnya, dulunya merupakan tempat pembuangan sementara (TPS), sehingga masyarakat awalnya enggan untuk tinggal di kawasan tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, sebuah candi yang berdiri pada tahun 2003, bangunan pura berdir.
Ini yang mengakibatkan perubahan signifikan pada kawasan tersebut menjadi perkampungan yang padat penduduk.
“Dahulu umat Hindu di sini cukup banyak, tetapi karena sebagian dari mereka sibuk bekerja dan harus berpindah, saat ini jumlahnya menjadi relatif sedikit.
Meskipun demikian, keharmonisan tetap terjaga hingga hari ini, terbukti dengan responsifnya warga sekitar pura dan pemerintah, mulai dari RT, RW, dan seterusnya terhadap kami.
Harapannya, keharmonisan ini dapat terus terpelihara selamanya,” tutupnya.






