Pentingnya Kesehatan Mental bagi Pelajar Remaja

Rahmad Agung Nugraha , Doktor Psikologi Pendidikan, Dosen Magister Pedagogi Pascasarjana Universitas Pancasak
Rahmad Agung Nugraha , Doktor Psikologi Pendidikan, Dosen Magister Pedagogi Pascasarjana Universitas Pancasak

diswaysolo.id – Kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan psikologis, emosional, dan sosial seseorang yang memungkinkan mereka untuk berpikir jernih, mengelola emosi dengan baik, berinteraksi secara positif dengan orang lain, serta menghadapi tantangan hidup secara sehat dan produktif.

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan mental tidak hanya berarti ketiadaan gangguan jiwa, tetapi juga bagaimana seseorang mampu:

1.Menyadari dan memahami potensinya sendiri.

2.Mengatasi tekanan hidup sehari-hari.

3.Bekerja secara produktif dan bermanfaat.4.Berkontribusi bagi lingkungan atau komunitasnya.

Dalam konteks pelajar remaja, kesehatan mental sangat penting karena fase ini adalah masa transisi yang penuh tantangan, seperti tuntutan akademik, perubahan fisik dan emosional, tekanan sosial, hingga ekspektasi dari orang tua dan lingkungan.

Jika tidak dikelola dengan baik, berbagai faktor ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental remaja, yang berisiko menyebabkan stres, kecemasan, bahkan gangguan mental yang lebih serius, maka, menjaga kesehatan mental sejak remaja akan membantu mereka berkembang secara optimal, baik dalam hal akademik, hubungan sosial, maupun kebahagiaan pribadi.

Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan, terutama bagi pelajar remaja yang sedang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Kesehatan mental yang baik memungkinkan remaja untuk mengelola emosi, membangun hubungan sosial yang sehat, dan mencapai potensi akademik serta personal mereka.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa kesehatan mental sangat penting bagi pelajar remaja:

1. Perkembangan Kognitif dan Akademik

Kesehatan mental yang baik mendukung kemampuan kognitif seperti konsentrasi, memori, dan pemecahan masalah. Remaja dengan kesehatan mental yang baik cenderung lebih mampu menghadapi tekanan akademik dan mencapai prestasi yang optimal (Greenberg et al., 2003).

2. Pengelolaan Emosi

Masa remaja seringkali diwarnai dengan perubahan emosi yang cepat dan intens. Kesehatan mental yang baik membantu remaja mengelola stres, kecemasan, dan emosi negatif lainnya, sehingga mereka dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik (Patel et al., 2007).

3. Hubungan Sosial yang Sehat

Remaja dengan kesehatan mental yang baik lebih mampu membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang positif dengan teman sebaya, keluarga, dan guru. Hal ini penting untuk perkembangan sosial dan emosional mereka (WHO, 2021).

Baca Juga:  Mari Memburu Tempat Kuliner Pagi Lezat di Semarang 2025

4. Pencegahan Masalah Mental di Masa Depan

Masalah kesehatan mental yang tidak ditangani pada masa remaja dapat berkembang menjadi gangguan mental yang lebih serius di masa dewasa. Intervensi dini dapat mencegah hal ini dan mendukung kesejahteraan jangka panjang (Kessler et al., 2005).

5. Kesejahteraan Umum

Kesehatan mental yang baik berkontribusi pada kesejahteraan secara keseluruhan, termasuk fisik, emosional, dan sosial. Remaja yang sehat mentalnya cenderung lebih bahagia, produktif, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik (Keyes, 2006).

Kesehatan mental pelajar remaja Indonesia telah menjadi isu kritis yang memerlukan perhatian serius. Berdasarkan data terkini dari berbagai survei dan laporan, berikut gambaran kondisi kesehatan mental pelajar Indonesia menunjukkan  bahwa prevalensi masalah kesehatan mental dimana 34,9% remaja Indonesia (15,5 juta) berusia 10-17 tahun mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir, seperti kecemasan, depresi, hiperaktivitas, atau stres pasca-trauma, 5,5% (2,45 juta) didiagnosis dengan gangguan mental klinis berdasarkan kriteria DSM-5, seperti gangguan cemas (3,7%), depresi mayor (1,0%), dan gangguan perilaku (0,9%). Di lihat dari Perbedaan gender, Kecemasan lebih tinggi pada perempuan (28,2%) dibanding laki-laki (25,4%), Hiperaktivitas/ADHD lebih umum pada laki-laki (12,3%) daripada perempuan (8,8%) Depresi lebih tinggi pada perempuan (6,7%) daripada laki-laki (4,0%) .

Masa remaja adalah periode penting dalam perkembangan manusia. Kesehatan mental yang baik penting bagi kesejahteraan remaja secara keseluruhan, memengaruhi emosi, kognisi, perilaku, dan kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan hidup,  akan tetapi  ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental remaja, baik secara positif maupun negatif. Memahami faktor-faktor ini penting untuk memberikan dukungan yang tepat bagi remaja.

Faktor Internal, faktor Internal ini meliputi faktor : 

1. Genetik: Riwayat keluarga dengan masalah kesehatan mental dapat meningkatkan risiko remaja mengalami masalah serupa.

2. Biologis: Perubahan hormonal selama pubertas dapat memengaruhi suasana hati dan emosi remaja.

3. Karakteristik Kepribadian: Beberapa remaja mungkin memiliki temperamen atau sifat kepribadian yang membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental.

Baca Juga:  8 Pilihan Tempat Kuliner Murah di Wonogiri, Rasanya Nikmat!

Faktor Eksternal,  faktor eksternal ini meliputi faktor : 

1. Keluarga,  di dalamnya adalah ;

a. Pola Asuh: Pola asuh yang otoriter, permisif, atau tidak konsisten dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja.

b. Komunikasi: Kurangnya komunikasi yang terbuka dan suportif dalam keluarga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental.

c. Kekerasan dan Trauma: Pengalaman kekerasan dalam rumah tangga atau trauma masa kecil dapat sangat merusak kesehatan mental remaja.

2. Lingkungan Sosial, di dalamnya adalah ;

a. Teman Sebaya: Tekanan teman sebaya, perundungan (bullying), atau isolasi sosial dapat memengaruhi kesehatan mental remaja.

b. Lingkungan Sekolah: Lingkungan sekolah yang tidak aman atau tidak mendukung dapat memicu masalah kesehatan mental.

c. Media Sosial: Penggunaan media sosial yang berlebihan atau tidak sehat dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan masalah citra diri pada remaja.

3. Faktor Sosial Ekonomi, di dalamnya adalah ;

a. Kemiskinan: Kondisi ekonomi yang sulit dapat meningkatkan stres dan mengurangi akses ke sumber daya yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan mental.

b. Diskriminasi: Pengalaman diskriminasi berdasarkan ras, etnis, agama, atau orientasi seksual dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja.

Faktor Tambahan, di antaranya :

a. Gaya Hidup: Kurang tidur, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental.

b. Peristiwa Hidup yang Stresful: Peristiwa seperti kehilangan orang yang dicintai, perceraian orang tua, atau pindah rumah dapat menjadi pemicu masalah kesehatan mental pada remaja.

Survei yang dilakukan oleh Lembaga Riset Pendidikan Indonesia (2020) menemukan bahwa 65% pelajar Indonesia merasa stres akibat tuntutan akademik, seperti ujian, tugas, dan ekspektasi tinggi dari orang tua.

Sedangkan  data dari UNICEF (2019) menunjukkan bahwa 50% pelajar Indonesia pernah mengalami perundungan (bullying) di sekolah, yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan rendahnya harga diri.

Data lain dari studi yang dilakukan  oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (2021) menemukan bahwa 89% remaja Indonesia aktif menggunakan media sosial, dan penggunaan berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan.

Menurut penulis berdasarkan fenomena yang terjadi selama ini, banyak pelajar merasa tidak memiliki dukungan yang cukup dari keluarga, guru, atau teman sebaya dalam menghadapi masalah mental.

Baca Juga:  Daftar Oleh-oleh Khas Sragen yang Terkenal Enak, Wajib Bungkus!

Dampak masalah kesehatan mental bagi pelajar remaja ini berhubungan langsung dengan penurunan prestasi akademik.

Pelajar dengan masalah kesehatan mental cenderung mengalami penurunan konsentrasi, motivasi, dan performa akademik, selain itu juga dampak masalah kesehatan mental bagi pelajar remaja adalah perilaku berisiko,  beberapa pelajar yang mengalami masalah mental terlibat dalam perilaku berisiko, seperti penyalahgunaan narkoba, merokok, atau bahkan percobaan bunuh diri.

Data dari WHO (2020) menunjukkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada kelompok usia 15-29 tahun di Indonesia. Dampak Masalah Kesehatan Mental bagi pelajar remaja lainya  adalah isolasi sosial,  pelajar dengan masalah mental seringkali menarik diri dari interaksi sosial, yang dapat memperburuk kondisi mereka.

Beberapa upaya penangan dan tantangan  dalam menangani kesehatan  mental menurut penulis diantaranya adalah kurangnya layanan kesehatan mental, menurut data dari kementerian kesehatan (2021), hanya 10% dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Indonesia yang memiliki layanan kesehatan mental yang memadai.

Selain itu juga  Stigma Sosial, masih banyak pelajar dan keluarga yang enggan mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental karena stigma negatif yang melekat pada gangguan mental.

Beberapa sekolah di Indonesia mulai mengimplementasikan program kesehatan mental, seperti konseling dan edukasi tentang kesehatan mental, namun cakupannya masih terbatas sehingga perlunya program intervensi lebih fokus dan diperluas.

Beberapa rekomendasi dari penulis untuk perbaikan kesehatan mental pelajar remaja yaitu 

1. Edukasi  dan kesadaran, Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental melalui kampanye dan program edukasi di sekolah.

2. Layanan Konseling, Menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis di sekolah-sekolah.

3. Dukungan Orang Tua dan Guru, Melibatkan orang tua dan guru dalam mendukung kesehatan mental pelajar melalui pelatihan dan workshop.

4. Kebijakan Pemerintah, Memperluas akses layanan kesehatan mental di Puskesmas dan rumah sakit, serta mengintegrasikan kesehatan mental ke dalam kurikulum pendidikan. Salam Pedagogi……

Oleh :  Rahmad Agung Nugraha, Doktor Psikologi Pendidikan

Dosen  Magister Pedagogi Pascasarjana Universitas Pancasakti Tegal.