Asal Usul 5 Nama Desa Unik di Sukoharjo, Ada Yang Terkait dengan Kekayaan Penduduknya

Salah satu kantor kepala desa yang ada di Sukoharjo.
Salah satu kantor kepala desa yang ada di Sukoharjo.

SUKOHARJO, diswaysolo.id – Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di wilayah Soloraya yang terdiri dari 12 kecamatan, 17 kelurahan, dan 150 desa. Di antara sekian banyak desa, terdapat beberapa yang memiliki nama yang menarik.

Pemilihan nama tersebut biasanya tidak tanpa alasan, melainkan memiliki cerita dan sejarah yang mendasarinya. Penting bagi kita untuk memahami asal usul nama-nama ini.

Dengan mengetahui sejarah nama suatu daerah, kita dapat lebih menghargai budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Dalam artikel ini, kami akan merangkum enam desa yang dianggap memiliki keunikan. Mengutip dari Solopos.com, mari kita simak dan baca hingga selesai!

Berikut ringkasan sejarah nama-nama desa unik di Sukoharjo:

1. Desa Bulu

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada 22 Juli 2017, Kepala Desa Bulu, Mujiyana, menjelaskan bahwa nama desanya berasal dari pohon bulu yang tumbuh di wilayah tersebut. Pohon ini merupakan jenis beringin yang telah ada sejak masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1800-an.

Pohon bulu tersebut memiliki ukuran yang cukup besar, dengan diameter mencapai dua meter dan lingkar batang lebih dari tiga meter.

Terletak di tepi jalan di tengah area persawahan, pohon ini dulunya digunakan oleh para pejuang Indonesia untuk bersembunyi dari penjajah Belanda. Nama desa ini diambil dari pohon yang memiliki sejarah penting tersebut.

2. Desa Kenokorejo

Desa ini awalnya dikenal dengan nama Desa Grogol pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam percakapan dengan Espos.id pada Sabtu (25/6/2022), Kepala Desa Kenokorejo, Hendri Purnomo, menceritakan bahwa pemimpin Desa Grogol saat itu adalah Demang Reksoko.

Karena kondisi desa yang sangat kering, Demang Reksoko mengusulkan penerapan romusha untuk membangun bendungan di Sungai Ranjing.

Baca Juga:  Soto Carikan yang Menjadi Kuliner Top di Kabupaten Sukoharjo

Bendungan ini direncanakan untuk mengairi lahan pertanian yang membutuhkan air. Setelah melakukan negosiasi, pihak Jepang setuju untuk membangun bendungan tersebut.

Ratusan warga kemudian dikerahkan untuk menyelesaikan proyek ini, yang berhasil rampung dalam beberapa bulan. Dengan adanya aliran air, para petani dapat mengolah sawah mereka dengan lebih baik, sehingga hasil panen padi dapat diperoleh setiap empat bulan.

Seiring dengan perbaikan kondisi tanah dan peningkatan ekonomi masyarakat, nama Desa Grogol diubah menjadi Desa Keno Raharjo. Dalam Bahasa Jawa, “keno” berarti keinginan, dan “raharjo” berarti makmur. Namun, seiring waktu, nama desa ini berubah menjadi Kenokorejo karena cara pelafalan yang lebih umum di kalangan masyarakat.

3. Desa Sugihan

Asal usul Desa Sugihan yang terletak di Kecamatan Bendosari berkaitan erat dengan legenda tentang sekelompok saudagar yang mencari tempat tinggal.

Mereka akhirnya menemukan lokasi yang ideal dan memutuskan untuk menetap di sana karena tertarik dengan kesuburan tanah dan suasana yang tenang. Wilayah tersebut kemudian dinamakan Desa Sugihan.

Nama Sugihan berasal dari kata “sugih” dalam bahasa Jawa yang berarti kaya. Mayoritas penduduk Desa Sugihan konon memiliki kekayaan yang melimpah. Mereka membangun rumah-rumah besar dan mengoleksi perhiasan emas yang disimpan di dalam kamar.

4. Desa Manisharjo

Desa Manisharjo adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Bendosari. Nama desa ini berkaitan dengan kisah Pangeran Diponegoro. Diceritakan bahwa para pengikut Pangeran Diponegoro melakukan gerilya melawan pasukan Belanda. Dalam pelarian, mereka terpaksa menyebar ke dalam hutan.

Salah satu pengikut Diponegoro, Ki Honggo Suto, terpisah dari kelompoknya. Di tengah hutan, ia bertemu dengan masyarakat yang kehausan setelah berjalan jauh. Mereka meminta bantuannya untuk memetik buah kelapa yang tumbuh tinggi.

Baca Juga:  Kafe di Sukoharjo yang Lagi Hits dan Viral Akhir-akhir Ini

Ki Honggo Suto menggunakan lututnya untuk menelungkupkan batang pohon kelapa agar buahnya dapat dipetik. Dikenal memiliki kemampuan luar biasa, ia mampu melakukan hal tersebut hanya dengan lutut kakinya.

Cerita ini disampaikan oleh Kepala Desa Manisharjo, Rumadi, dalam sebuah unggahan pada Minggu. Peristiwa ini kemudian melahirkan nama Jogo Dengkul.

Legenda ini diwariskan dari generasi ke generasi dan diyakini sebagai awal mula berdirinya Desa Manisharjo. Rumadi menjelaskan bahwa nama Jogo Dengkul dianggap kurang baik untuk dilafalkan secara resmi, sehingga pada masa pemerintahan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, nama tersebut diubah menjadi Manisharjo.

5. Desa Cemani

Pada era penjajahan Belanda dan di bawah pemerintahan keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, terdapat area di sebelah barat keraton yang digunakan oleh keluarga keraton untuk berburu.

Wilayah ini juga merupakan lahan perkebunan milik keluarga keraton Mangkunegaran, khususnya pada masa pemerintahan Raja Mangkunegara V.

Pada saat itu, keluarga kerajaan beserta para abdinya sedang berkuda menuju lokasi tersebut dengan tujuan berburu dan mengunjungi kebun.

Namun, mereka mendapati sesuatu yang aneh, di mana seluruh rombongan bertemu dengan kuda dan ayam berwarna hitam dari kepala hingga kaki. Penampakan ayam tersebut membuat semua anggota rombongan terpesona.

Karena rasa kagum dan bahagia yang dirasakan, daerah itu kemudian dinamakan Cemani, diambil dari nama ayam hitam yang mereka temui, yaitu ayam Cemani.

Nama Cemani terus digunakan hingga saat ini dan berkembang menjadi Desa Cemani yang terletak di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

Demikianlah ringkasan mengenai enam desa yang memiliki keunikan tersendiri. Semoga informasi ini bermanfaat.