Lokal  

Mandiri Berliterasi Dalam Otomatisasi

Noeris Meiristiani, MPd.
Noeris Meiristiani, MPd.

diswaysolo.id – Dalam sebuah kunjungan singkat ke Jepang, satu hal yang langsung membuat saya takjub adalah otomatisasi yang diterapkan di berbagai aspek kehidupan, baik pada hal kecil maupun sistem yang mengatur sektor-sektor vital.

Contoh sederhana yang paling mencolok adalah ketika saya memasuki sebuah toilet di New Chitose Airport, Hokkaido. Kesan pertama yang saya dapatkan adalah betapa bersih, lengkap, dan canggihnya fasilitas yang disediakan.

Namun, untuk dapat menggunakan fasilitas tersebut, dibutuhkan kemampuan literasi membaca yang baik, terutama untuk memahami teks prosedur yang tersedia dalam dua bahasa, yaitu Jepang dan Inggris. Sebuah toilet saja memiliki banyak tombol fitur dengan fungsi yang beragam untuk mengoperasikannya.

Pengalaman ini hanyalah satu contoh kecil dari pentingnya pemahaman terhadap teks prosedur di Jepang. Selanjutnya, saya mendapati lebih banyak situasi yang menuntut kemampuan membaca dan mengikuti instruksi tertulis, seperti saat mengganti SIM card, membeli makanan atau minuman melalui vending machine, menukar uang di mesin money changer, membeli kartu tiket kereta di mesin swalayan, check-in dan check-out otomatis di hotel, hingga berbelanja di toserba dengan label tax-free.

Semua aktivitas ini bergantung pada kemampuan memahami langkah-langkah prosedur yang disediakan secara swalayan.

Pengalaman ini membawa saya pada satu refleksi: pendidikan di Jepang mungkin memberikan perhatian besar pada teks prosedur, baik tulis maupun lisan. Kemampuan memahami berbagai langkah secara mandiri menjadi keterampilan yang sangat penting karena masyarakat Jepang terkenal dengan kemandiriannya.

Sejak usia dini, anak-anak Jepang sudah terbiasa pergi ke sekolah sendiri tanpa didampingi orang tua. Karakter mandiri dan practical life skills (keterampilan hidup praktis) inilah yang seharusnya menjadi fokus dan tujuan utama dalam pembelajaran teks prosedur di sekolah di Indonesia, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Baca Juga:  Program RPL di Pascasarjana UPS Tegal Tawarkan Kemudahan dan Biaya yang Terjangkau

Pembelajaran Teks Prosedur Berbasis Practical Life Skills

Dalam teori pembelajaran berbasis genre, ada tiga hal utama yang harus dipahami peserta didik: fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan. Namun, dalam praktik pembelajaran di kelas, masih banyak guru yang sering kali hanya berfokus pada aspek-aspek ini secara tekstual.

Akibatnya, peserta didik cenderung mempelajari bahasa secara teoritis melalui soal-soal tertulis, yang kadang-kadang disertai gambar, tetapi minim implementasi praktis dan kontekstual dalam kehidupan nyata.

Jika guru dapat mengarahkan pembelajaran teks prosedur pada pengembangan keterampilan hidup praktis, maka tujuan pembelajaran dapat diperluas untuk melatih kemandirian siswa dalam menghadapi situasi nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman teks prosedur tidak hanya berguna untuk menjawab soal ujian, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri.

Misalnya, siswa dapat belajar cara mengikuti instruksi untuk menggunakan mesin ATM, mengoperasikan peralatan elektronik, atau bahkan memahami prosedur pendaftaran online.

Pendekatan Experiential Learning dalam Pembelajaran Teks Prosedur

Untuk mencapai tujuan ini, guru dapat mengimplementasikan pendekatan experiential learning (pembelajaran eksperiensial).

Teori experiential learning yang dipublikasikan oleh David Allen Kolb, seorang pakar pendidikan dari Weatherhead School of Management, Ohio, pada tahun 1974, meliputi 4 siklus yaitu concrete experience (siswa menemukan pengalaman nyata), reflective observation (siswa menemukan pengalaman baru berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki), abstract conceptualization (siswa mendapatkan ide baru dari pengalamannya), dan active experimentation (siswa menerapkan ide mereka di dunia nyata).

Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar melalui teori tetapi juga melalui praktik langsung. Misalnya, dalam pembelajaran membaca atau mendengar, siswa tidak hanya menjawab soal-soal tentang teks prosedur, tetapi juga mempraktikkan langkah-langkah yang tercantum dalam teks tersebut, seperti mengikuti petunjuk memasak atau mengoperasikan alat tertentu.

Baca Juga:  Semarak Dies Natalis UPS yang Ke- 45 Resmi Di Buka

Selanjutnya, untuk keterampilan menulis, siswa dapat diminta untuk membuat teks prosedur berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Misalnya, setelah mencoba membuat kartu anggota perpustakaan di sekolah, siswa diminta menuliskan langkah-langkahnya menjadi sebuah teks prosedur. Jadi, pembelajaran eksperiensial berakar pada gagasan “learning by doing,” di mana siswa terlibat dalam kegiatan langsung yang memperkuat pemahaman mereka.

Membangun Karakter Mandiri melalui Teks Prosedur

Dengan menerapkan pembelajaran berbasis pengalaman, tujuan akhir pembelajaran teks prosedur tidak hanya sekadar kemampuan menciptakan teks tulis atau lisan dalam Bahasa Inggris.

Lebih dari itu, pembelajaran ini bertujuan membangun karakter mandiri siswa. Dalam dunia yang semakin terotomatisasi, kemampuan membaca dan mengikuti prosedur menjadi keterampilan penting untuk menghadapi berbagai situasi.

Sebagaimana teks prosedur yang banyak ditemukan di tempat umum, pembacanya diharapkan dapat mengikutinya dengan baik dan melakukan suatu kegiatan tanpa bantuan orang lain.

Dengan mengintegrasikan pembelajaran teks prosedur ke dalam konteks nyata, siswa tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga menjadi individu yang lebih mandiri, siap menghadapi tantangan kehidupan, dan mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Karakter inilah yang akan menjadi bekal penting bagi mereka di masa depan dan di era global.

Ditulis Oleh: Noeris Meiristiani, MPd. 

Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Pancasakti Tegal