Budaya Pakaian Masyarakat Indonesia di Masa Lalu: Apakah Banyak yang Terbuka?

Budaya berpakaian orang Indonesia zaman dahulu dan sekarang
Budaya berpakaian orang Indonesia zaman dahulu dan sekarang

diswaysolo.id – Cinta Laura, seorang pesohor dan pebisnis, memberikan tanggapan terhadap komentar netizen yang mengkritik cara berpakaian dirinya yang dianggap terlalu terbuka dan tidak mencerminkan budaya Indonesia.

Komentar tersebut muncul di video saat Cinta dan teman-temannya berlibur di Labuan Bajo. Dalam video itu, Cinta terlihat mengenakan jaket lengan panjang, namun di bagian bawah hanya mengenakan celana dalam yang tidak menutupi paha.

Selain itu, Cinta juga tampak memeluk kekasihnya, Arya Vasco, seorang aktor sinetron blasteran Jawa-Belanda yang lebih muda darinya.

Melalui unggahan di akun Instagram-nya @claurakiehl, Cinta menyatakan bahwa cara berpakaian seseorang, baik itu tertutup maupun terbuka, tidak dapat menjadi ukuran untuk menilai kepintaran, kehebatan, atau kebaikan seseorang.

Ia juga menjelaskan tentang cara berpakaian masyarakat Indonesia di masa lalu. Bagaimana sebenarnya cara berpakaian masyarakat Indonesia pada zaman tersebut?

Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai budaya pakaian masyarakat Indonesia di masa lalu. Mari kita simak dan baca hingga tuntas!

Gaya berpakaian yang terbuka

Menurut sebuah sumber, pada abad ke-13, masyarakat Indonesia, terutama di Jawa kuno, memiliki cara berpakaian yang terbuka. Hal ini diungkapkan dalam karya pujangga Kediri, Mpu Monaguna, yang berjudul Kakawin Sumanasantaka.

Ahli sastra Jawa kuno, Petrus Josephus Zoetmulder, menyatakan bahwa umumnya perempuan Jawa mengenakan kain wulang. “Kain wulang ini sering digunakan dalam acara seremonial dan memiliki panjang sekitar 15 kaki, dililitkan pada tubuh dari pinggang hingga atas payudara,” jelas Petrus.

Sementara itu, ahli sejarah Citraninda Noerhadi dalam bukunya Busana Jawa Kuno, yang merujuk pada relief di Candi Borobudur, menjelaskan bahwa banyak perempuan Jawa pada empat abad lalu tidak menutupi bagian payudara.

Baca Juga:  5 Kuliner Legendaris Purwokerto, Rasanya Lezat Nagih Sejak Dulu

“Pakaian perempuan yang paling sederhana hanya selembar kain yang panjangnya sebatas lutut. Cara pemakaiannya diputar di tubuh dari kiri ke kanan dan berakhir di sisi kanan, dipakai di bawah pusar,” terang Noerhadi.

“Mereka tidak mengenakan perhiasan atau hanya anting-anting sederhana, serta dilengkapi dengan selendang atau kain kecil di bagian pinggang,” tambahnya.

Hal serupa juga terjadi di Papua, di mana hingga saat ini, masyarakat setempat, terutama yang tinggal di pedalaman, masih menggunakan koteka yang minim menutupi bagian-bagian vital.

Di sisi lain, masyarakat suku Dayak memiliki pakaian tradisional yang tidak sepenuhnya menutupi tubuh. Pakaian adat suku ini awalnya terbuat dari pengolahan kulit kayu yang diolah menjadi bahan yang menyerupai kain.

Banyak pula pakaian adat dari suku-suku lain di Indonesia yang tidak menutupi seluruh tubuh, karena pada dasarnya, cara berpakaian masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan alami yang tersedia di lingkungan mereka.

Itulah ulasan mengenai budaya pakaian masyarakat Indonesia di masa lalu. Semoga informasi ini bermanfaat.