Museum Tumurun, Destinasi Wisata Edukasi Seni Konteporer di Kota Solo

Museum Tumurun ini menampilkan berbagai koleksi seni modern dan kontemporer yang mengesankan.
Museum Tumurun ini menampilkan berbagai koleksi seni modern dan kontemporer yang mengesankan.

diswaysolo.id – Museum Tumurun adalah salah satu museum seni kontemporer yang populer di Kota Solo. Didirikan oleh keluarga Hartono, pemilik perusahaan tekstil terkenal PT Sritex, museum ini menampilkan berbagai koleksi seni modern dan kontemporer yang mengesankan. Berdiri di atas tanah pribadi.

Museum ini mengusung konsep galeri seni yang intim dan eksklusif, membuatnya menjadi tempat menarik bagi pecinta seni dari dalam dan luar kota. Kehadiran museum ini juga menambah keberagaman destinasi wisata budaya dan seni di Solo.

Museum Tumurun memiliki desain arsitektur yang modern dan minimalis, menyesuaikan dengan tema kontemporer yang diusung. Eksteriornya didominasi warna monokrom yang sederhana namun elegan, memberi kesan bahwa tempat ini adalah ruang yang serius untuk seni.

Ketika memasuki museum, pengunjung disambut dengan tata cahaya yang artistik dan penataan karya seni yang sangat teratur, menciptakan suasana yang kondusif untuk mengeksplorasi setiap karya dengan khusyuk. Desain ini menjadikan Museum ini sebagai salah satu museum paling Instagrammable di Solo.

Koleksi karya seni di Museum Tumurun terdiri dari berbagai jenis, mulai dari lukisan, instalasi seni, hingga patung kontemporer. Karya-karya ini merupakan hasil karya seniman ternama, baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa seniman yang karyanya dipamerkan di sini adalah Heri Dono, Eddie Hara, dan Wedhar Riyadi.

Karya mereka menampilkan beragam ekspresi dan interpretasi tentang berbagai tema, seperti budaya, lingkungan, hingga isu sosial. Setiap sudut museum menyimpan karya-karya yang unik, memberikan pengalaman visual yang memikat bagi pengunjung.

Salah satu karya paling ikonik di Museum Tumurun adalah instalasi “The Fallen Angel” karya seniman Joko Avianto. Patung besar berbentuk sayap ini menjadi daya tarik utama dan sering kali menjadi latar foto favorit bagi pengunjung. Instalasi ini memiliki makna mendalam dan menceritakan kisah tentang keterjatuhan dan perjuangan manusia. Selain “The Fallen Angel,” museum ini juga memiliki banyak instalasi seni lainnya yang sama-sama menarik dan penuh makna, masing-masing dengan cerita dan interpretasi yang berbeda.

Baca Juga:  Menikmati Hiruk Pikuk Kehidupan di Kedai Tenda Daun Surakarta

Jadi tempat event seni

Museum Tumurun juga sering dijadikan tempat pameran sementara atau event seni yang mengusung tema tertentu. Pameran ini menghadirkan karya-karya baru dari seniman yang sedang naik daun, sehingga pengunjung bisa melihat perkembangan terkini di dunia seni. Museum ini juga menyelenggarakan acara seperti diskusi seni, lokakarya, dan tur edukasi yang terbuka untuk umum. Kegiatan-kegiatan ini menjadikan Museum Tumurun sebagai tempat berinteraksi dan berbagi inspirasi bagi para seniman, kolektor, dan pecinta seni.

Pengunjung yang datang ke Museum Tumurun akan menemukan bahwa museum ini mengutamakan pengalaman apresiasi seni yang tenang dan reflektif. Pengelola museum menetapkan aturan yang cukup ketat, seperti larangan berisik dan tidak diperbolehkan menyentuh karya seni. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketenangan dan kenyamanan suasana, agar setiap pengunjung dapat menikmati dan memahami setiap karya dengan lebih baik. Aturan ini membuat Museum ini menjadi tempat yang ideal untuk merenungkan nilai estetika dan makna di balik karya-karya yang dipamerkan.

Museum Tumurun juga berperan sebagai tempat edukasi seni, terutama bagi anak-anak muda dan pelajar. Museum ini sering mengadakan tur edukasi yang dipandu oleh kurator museum atau seniman yang karyanya dipamerkan. Selama tur, pengunjung diajak untuk memahami proses kreatif di balik setiap karya seni, mulai dari ide, konsep, hingga teknik yang digunakan. Program edukasi ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan apresiasi terhadap seni kontemporer, serta memperkenalkan dunia seni pada generasi muda.

Jam operasional terbatas

Karena statusnya sebagai museum pribadi, Museum Tumurun memiliki jam operasional yang terbatas dan pengunjung diharuskan melakukan reservasi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menjaga eksklusivitas dan pengalaman pengunjung. Meskipun demikian, hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri karena pengunjung dapat menikmati karya-karya seni dengan lebih tenang dan tidak terlalu ramai. Proses reservasi ini memberikan sentuhan eksklusif dan menjadikan kunjungan ke Museum ini sebagai pengalaman yang istimewa.

Baca Juga:  Proses Gugatan Wanprestasi Esemka Kini Sudah Sampai Pada Tahap Kesimpulan

Museum Tumurun menjadi simbol dari kesadaran keluarga Hartono dalam melestarikan dan memperkenalkan seni kontemporer kepada masyarakat. Melalui museum ini, keluarga Hartono ingin mendukung perkembangan seni rupa Indonesia dan memberikan ruang bagi seniman lokal untuk berkarya dan dikenal oleh khalayak luas. Museum ini menjadi contoh bagaimana seni dapat diapresiasi secara privat namun tetap berdampak pada publik, menjadikannya sebuah kontribusi penting bagi dunia seni di Indonesia.

Dengan keindahan arsitektur, koleksi seni yang menakjubkan, serta atmosfer yang mendalam, Museum Tumurun adalah destinasi wisata seni yang wajib dikunjungi di Solo.