Sebuah Kampung Koplak di Boyolali, Ada Terminal Andong dan Pemukiman Warga Tionghoa

Kampung Koplak di Boyoali Jawa Tengah
Kampung Koplak di Boyoali Jawa Tengah

BOYOLALI, diswatsolo.id – Salah satu wilayah di Boyolali, Jawa Tengah, memiliki nama yang menarik, yaitu Kampung Koplak. Kampung ini terletak di pusat Kota Boyolali, tepatnya di Jalan Pandanaran, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan/Kabupaten Boyolali.

Kampung Koplak berbatasan dengan Kampung Tegalsari di sisi timur, Kampung Pulisen di barat, Kampung Gudang di utara, dan Kampung Surodadi di selatan.

Jalanan di Kampung Koplak yang berbukit-bukit dipenuhi dengan bangunan bergaya modern. Mayoritas penduduk di Kampung Koplak adalah masyarakat Jawa.

Secara sekilas, Kampung Koplak tampak tidak berbeda dengan kampung lainnya. Namun, kampung ini diyakini sebagai pusat terminal andong pada masa kolonial Belanda. Lalu, apa yang menjadikan tempat ini dinamakan Kampung Koplak?

Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi Kampung Koplak di Boyolali. Mengutip dari Solopos.com, mari kita simak dan baca hingga tuntas!

Menurut penelusuran, sesepuh Kampung Koplak, Ichsanudin, mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum ada data yang valid mengenai asal usul nama Kampung Koplak.

Terminal Andong

Warga setempat meyakini bahwa istilah Koplak merujuk pada lokasi pemberhentian andong atau gerobak. Sekitar tahun 1925, terdapat terminal andong di kawasan RW 003 Kampung Koplak. Saat ini, area yang dulunya menjadi terminal tersebut telah beralih fungsi menjadi permukiman warga.

Keberadaan terminal ini sangat terkait dengan Pasar Kota Boyolali yang pada masa itu berperan sebagai pusat perdagangan. Terminal andong juga berfungsi sebagai tempat menginap bagi para pedagang yang datang dari luar daerah.

Selain itu, kantor Dinas Kesehatan yang terletak sekitar 100 meter dari Pasar Kota Boyolali pada waktu itu digunakan sebagai rumah sakit khusus untuk ibu dan anak.

Permukiman Warga Tionghoa

Kampung Koplak juga dikenal sebagai pusat permukiman masyarakat Tionghoa. Hal ini terlihat dari adanya Gedung Bulu Tangkis Tachung dan Sekolah Cung Hwa Cung Hwe yang pernah ada di kampung ini.

Baca Juga:  Lembah Gunung Madu, Wisata Alam dan Sejarah Yang Penuh Kejutan di Boyolali

Sekolah tersebut dikelola oleh yayasan dari komunitas Tionghoa dan menampung anak-anak pedagang yang tinggal di sekitar pasar. Pada masa itu, warga Tionghoa dari berbagai daerah seperti Wonogiri dan Solo datang ke Kampung Koplak.

Sayangnya, sejarah sekolah ini berakhir akibat kebakaran yang terjadi sekitar tahun 1960. Ichsanudin menyatakan bahwa informasi mengenai sejarah masyarakat Tionghoa di Boyolali masih sangat terbatas. “Penelitian lebih lanjut masih diperlukan,” ujarnya.

Salah satu warga Kampung Koplak, Suryadi, yang berusia 45 tahun, mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui bahwa kampungnya memiliki sejarah yang panjang, terutama terkait dengan perdagangan di Boyolali. “Dari zaman kecil saya, mayoritas penduduk adalah masyarakat Jawa,” tuturnya.