Astana Oetra Kompleks Pemakaman, Lokasi Pembelajaran Sejarah dan Kebudayaan

Astana Oetra mmerupakan kompleks pemakaman
Astana Oetra mmerupakan kompleks pemakaman

SURAKARTA, diswaysolo.id- Pemerintah Kota Surakarta menetapkan Kompleks Astana Oetara sebagai Situs Cagar Budaya, didasari oleh nilai penting yang dimiliki bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan yang perlu dilestarikan keberadaannya.

Astana Oetara adalah tempat peristirahatan terakhir bagi Raja Mangkunegara VI yang terletak di Nayu, Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

Astana Oetara atau kerap disebut Pesarean Nayu adalah salah satu situs sejarah dan wisata religi di Surakarta, lokasinya berada di Kampung Nayu, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Astana Oetara menjadi tempat pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI beserta keluarga, kerabat, dan abdi dalem.

Berikut informasi lengkap Astana Oetra:

1.Arsitektur Jawa

Pembangunan pasarean seluas lebih kurang 1,4 hektare itu dilakukan pada 1926, atau dua tahun sebelum MN VI mangkat dan pemilihan tempat itu sebagai pengingat wilayah perlawanan MN VI kepada Belanda.

Tempat ini mempunyai keunikan sendiri dengan desain arsitektur bergaya Art Neuveau, perpaduan antara arsitektur Jawa dan Eropa dan dsain inilah yang membedakan Astana Oetara dengan makam adipati Mangkunegaran lainnya.

2.Cagar Budaya

Pemakaman ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemkot Solo melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota Solo Nomor 432.22/50/1 tahun 2021.

Pasarean itu dikelola Perkumpulan Keluarga Soejono Soewati dari trah MN VI, sangat mendukung berbagai kegiatan budaya, kesenian, dan sejarah baginya kegiatan seperti itu sangat penting untuk mengedukasi generasi muda.

3.Pendirian

Bangunan ini awalnya merupakan tanah lapang Manayu yang dibeli oleh Mangkunegara VI pada tahun 1909 dari tanah lapang tersebut, kemudian mulai didirikan bangunan pada tahun 1926 dengan desain yang sangat unik dengan tampilan khas memadukan arsitektur Jawa dan Eropa.

Baca Juga:  Anda Ingin Tahu Kulineran Malam di Solo, Ada Apa Saja?

4.Modernisasis Ekonomi

Mangkunegara VI juga melakukan modernisasi sektor ekonomi tradisional di wilayah Mangkunegaran dan di bawah kepemimpinannya, lahan-lahan agraris diubah menjadi perkebunan yang lebih produktif dengan penanaman kopi, nila, tebu, dan gula.

Prinsip keteraturan dan pengelolaan yang diwarisi dari ayahnya diterapkan secara efektif untuk memaksimalkan potensi wilayah ini.

5.Empat Bangunan Utama

Kompleks Astana Oetara memiliki empat bangunan utama: Kedaton Makam KGPAA Mangkunegoro VI, Pendapa Pantjasila Ing Handayaningratan, Masjid Astana Oetara, dan Galeri.

Pendapa Pantjasila Ing Handayaningratan saat ini menjadi pusat berbagai kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan kesenian, budaya, dan keagamaan seperti Laras Madyo, Mocopatan, diskusi kebudayaan, kegiatan ibadah, dan Grebeg Astana Oetara.

6.Simbol Pengorbanan

Tempat ini bukan sekadar tempat pemakaman ia adalah sebuah simbol yang mendalam dari dedikasi, pengorbanan, dan cinta seorang pemimpin kepada rakyatnya.

Sebagai sebuah mahakarya yang dirancang oleh Bung Karno, tempat ini tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir yang indah, tetapi juga memancarkan nilai-nilai kebesaran jiwa dan komitmen seorang pemimpin terhadap rakyat dan budaya yang dicintainya.

7.Museum

Tidak hanya berziarah wisatawan yang datang ke Astana Oetara disuguhkan oleh ruangan museum kecil yang berisikan ratusan arsip, foto, dan barang-barang bersejarah yang masing-masingnya memiliki kisah dan sejarah yang sangat menarik.

Pengelola Astana Oetara juga melaksanakan ritual-ritual asli Jawa seperti melakukan doa dan pembersihan pusaka setiap diperingatinya malam 1 suro, serta mengajak masyarakat setempat untuk merayakan upacara Kirab Grebeg yang ditujukan untuk memperingati kenaikan tahta raja KGPAA Mangkunegara VI.