Santri Wonogiri Meninggal dengan Luka Lebam, Ada Dugaan Akibat Perundungan

Wonogiri,diswaysolo.id – Seorang santri kelas VII Pondok Pesantren Santri Manjung di Wonogiri meninggal dunia. Kuat dugaan akibat perundungan oleh teman-temannya.

Korban berinisial MMA berusia 12 tahun itu sempat berada di rumah sakit melakukan perawatan, sebelum akhirnya meninggal pada Senin (15/12).

Tubuhnya penuh luka lebam yang memicu kekhawatiran masyarakat setempat adanya bullying.

Kasus ini mengundang perhatian aparat, keluarga, dan masyarakat luas. Sebab, melibatkan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan agama.

Santri Tewas 

Peristiwa tragis tersebut berawal saat santri MMA, yang berasal dari Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar, sempat mengalami kondisi tidak sehat pada Sabtu (13/12) dan terlihat tidak fit oleh pengasuh pesantren.

Dalam beberapa hari berikutnya, warga sekitar serta keluarga kaget setelah melihat tubuh korban penuh lebam di beberapa bagian tubuhnya.

Luka-luka itu memicu dugaan bahwa MMA menjadi korban perundungan oleh rekan-rekan santri lainnya sebelum kondisinya memburuk.

Setelah kondisi MMA memburuk, pihak pesantren segera membawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

Selama menjalani perawatan, santri yang masih duduk di bangku SMP ini menunjukkan luka lebam yang cukup serius. Dengan begitu, pihak medis dan keluarga khawatir terhadap kondisi kesehatannya.

Meski mendapatkan penanganan intensif, nyawa korban tak tertolong dan ia meninggal dunia pada Senin malam.

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) Wonogiri mendapatkan laporan dari masyarakat mengenai dugaan bullying tersebut dan langsung menerjunkan tim ke lokasi.

Tindakan Perundungan

Plt Kepala Dinas PPKB P3A menyatakan bahwa hasil awal pemeriksaan mengarah pada tindakan perundungan sebagai penyebab luka lebam pada tubuh santri.

Aparat setempat terus mengumpulkan informasi untuk memastikan apakah ada indikasi kuat tindakan kekerasan oleh santri lain terhadap korban.

Baca Juga:  Hujan dan Angin Kencang di Wonogiri, Baliho Ambruk dan Pohon Tumbang

Sumber lain juga menyebutkan bahwa beberapa santri ada dugaan melakukan pemukulan terhadap MMA. Sebab, korban ada anggapan sulit mandi oleh teman-temannya, dan bahwa aksi bullying itu bukanlah kejadian pertama kali.

Pihak berwenang bahkan telah mengamankan beberapa santri yang ada dugaan terlibat untuk minta keterangan lebih lanjut.

Kasus ini menjadi perhatian serius karena tidak hanya korban tetapi juga pelaku adalah anak-anak.

Pemilik pondok pesantren, Eko Julianto, menyatakan bahwa kejadian ini sangat mengejutkan dan kini semua prosesnya serahkan kepada kepolisian untuk tertangani lebih lanjut.

Ia mengaku tidak menyadari adanya luka lebam di tubuh korban saat terakhir bertemu saat kegiatan pengajian.

Keluarga besar pesantren serta para santri lainnya pun menyampaikan belasungkawa dan doa, sementara masyarakat mengimbau agar lingkungan pendidikan lebih peka terhadap tanda-tanda bullying agar tragedi serupa tidak terjadi lagi.

Kasus meninggalnya santri di Wonogiri ini menjadi peringatan keras bagi semua pihak tentang dampak serius dari tindakan bullying, terlebih di lingkungan pendidikan.

Aparat dan dinas terkait terus menyelidiki akar permasalahan sambil mengamankan pihak-pihak yang diduga terlibat.

Diperlukan kesadaran bersama di lingkungan pesantren dan keluarga untuk mencegah perilaku kekerasan terhadap anak.

Semoga kejadian ini membuka mata kita semua akan pentingnya perlindungan dan perhatian terhadap kesejahteraan santri.