Peresmian Gedung Rakyat Slawi, Tampilkan Musik Keroncong Hingga Wayang Santri

ENERGIK – Tiga vokalis Keroncong Orkestra Gita Puspita dengan 20 pemusik saat tampil dalam pertunjukan Aktivasi Gedung Rakyat.
ENERGIK – Tiga vokalis Keroncong Orkestra Gita Puspita dengan 20 pemusik saat tampil dalam pertunjukan Aktivasi Gedung Rakyat.

SLAWI, diswaysolo.id – Peresmian aktiviasi Progam Publik Gedung Rakyat Balai Kesenian Kabupaten Tegal telah dilakukan pada Selasa, 2 Desember 2025 oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Usia peresemian, sejumlah seniman ikut meramaikan gedung tersebut selama lima hari. Yakni 3-7 Desember 2025.

Satu hari setelah peresemian, tepatnya Rabu, 3 Desember 2025, sejumlah kegiatan berlangsung cukup menarik. Pada hari pertama sejumlah anak-anak bersama ibunya meramaikan gedung rakyat dengan mengikuti lomba mewarnai. Kemudian berlanjut dengan talk show tentang Batik Tegalan yang bertema “Dari Tradisi ke Inovasi”.

Dari pantuan wartawan, hadir dalam kesempatan itu Saepul, perajin batik asal Bengle, Talang. Dia menjelaskan tentang batik, mulai dari motif hingga cara membatik cap dan kating.

Siang harinya berlanjut dengan dialog Poci sebagai budaya Tegal ”Simbol Kerahatan Masyarakat Kabupaten Tegal”. Dengan pemandu Teguh Puji Harsono, dialog itu menghadirkan Ari dan Hendry. Keduanya menjelaskan tentang makna moci yang merupakan ciri khas Tegal.

”Biasanya orang moci atau minum teh itu menggunakan gula batu. Maksudnya setelah minum dengan rasa ’sepet’, akhirnya mereka akan merasakan manis. Artinya, meski hidup berawal dengan pahit, tetapi akhirnya akan merasakan hasil yang manis,” ungkap Ari.

Kirab Budaya

Hingga sore hari dan malam hari, masyarakat dipertontonkan dengan musik band indie, musik tradisi dan pertunjukan musik Tegalan.

Pada pagi harinya, Kamis (4/12), sejumlah seniman dan budayawan dari berbagai komunitas melakukan kirab budaya dari Rumah Dinas Bupati Tegal yang berlokasi di Jalan KH Wahid Hasyim sampai ke Gedung Rakyat di Jalan Dr Soetomo.

Meski awalnya turun hujan, sejumlah seniman dan budayawan tetap berjalan kaki dengan iringan karawitan dan lainnya. Sampai di gedung rakyat, masyarakat mendapat hiburan dengan penampilan Barongan, Kuntulan hingga Rebana.

Baca Juga:  Ahmad Luthfi Dipuji atas Kinerjanya: Visioner, Pro Rakyat, dan Terbukti di Lapangan

Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Tegal (DKD-KT) Ki Haryo Susilo Enthus Susmono juga berharap agar Gedung Rakyat ini tidak boleh mati. ”Jangan sampai gedung yang sudah cukup megah ini mati suri. Senimand an budayawan harus ikut aktif untuk menghidupkan suasana gedung. Selain itu, bagaimana ekosistem kebudayaan di Kabupaten Tegal terus berjalan baik,” ujarnya.

Pamong Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Wahyu juga menyampaikan, pihaknya akan menjadwal kegiatan agar Gedung Rakyat ini selalu terisi dengan kesenian maupun kegiatan lain yang tak lepas dari kebudayaan. ”Gedung ini sudah berganti nama beberapa kali. Pernah juga buat kantor. Saat ini namanya Gedung Rakyat Balai Kesenaian. Harapannya seni dan budaya di Kabupaten Tegal terus hidup,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal (DKKT) Junaedi menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang mengikuti Kirab Budaya Aktiviasi Gedung Rakyat. Dia juga berharap kepada sejumlah seniman untuk ikut meramaikan gedung rakyat yang sudah cukup bagus setelah renovasi. ”Seniman harus terus berkembang. Apalagi sudah punya gedung kesenian yang cukup representatif,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, hingga tanggal 7 Desember 2025, aktivasi gedung rakyat ini akan ada berbagai kegiatan. Setelah kirab, lanjut dia, siang harinya ada Lomba menyeduh Teh Poci. Selanjutnya Pentas Tari Kreasi. Kemudian malam hari ada pertunjukan Srakal. Kemudian Malam Kreasi Tradisi Kontemporer dari Keroncong Orkestra Gita Puspita.

Pagelaran Wayang Pring

Pada hari ketiga, kata dia, tepatnya 5 Desember, ada workshop Tari Tegalan dan musik tradisional dan alat musik rakyat. Sore harinya ada pertunjukan 2 monolog. Kemudian pada malam harinya pagelaran wayang pring oleh Ki Sri Widodo dan Dangdut Performance.

Baca Juga:  Gudang Garam Hentikan Pembelian Tembakau Temanggung

Tak kalah menarik pada hari ke 4, tepatnya 6 Desember. Pada pagi hari ada diskusi panel tentang Identitas Budaya Tegal dalam Perjalanan Sejarah. Siang harinya berlanjut dengan Lomba baca Geguritan dan bedah buku Karya Sastra Tegal. Sementara pada malam hari diisi dengan tembang kenangan dan pemutaran film dokumeter sejarah Tegal. Kemudian ada pertunjukan yang dibalut dengan Malam Panggung Seni Rakyat oleh Kir Tri Nugroho dan Kawan-kawan.

Pada hari ke 5 atau puncaknya, tepatnya 7 Desember, pagi hari hingga sore diadakan Pagelaran Seni Tradisi Kabupaten Tegal. Dimana di dalamnya ada penampilan Sampyong, Sintren, Kuntulan dan Jaran Lumping.

Kemudian pada malam hari diawali dengan Sarasehan Budaya lintas Generasi, dilanjutkan dengan Doa Bersama lintas agama dan puncaknya Pagelaran Wayang Santri Ki Haryo Susilo Enthus Susmono.