Kisah Inspiratif Penjual Bakso Jeroan di Semarang Meraih Sukses

Semarang,diswaysolo.id – Di Semarang, seorang penjual bakso bernama Yudi menorehkan kisah inspiratif yang bermula hanya dari menonton video YouTube.

Saat pandemi, dia beralih dari usaha sembako dan belajar membuat bakso secara otodidak.

Berbekal tekad dan kreativitas, warung baksonya kini sangat laris dengan berbagai varian topping jeroan sapi.

Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya inisiatif pribadi dan penggunaan sumber belajar digital untuk membangun usaha kuliner.

Kisah Inspiratif 

Yudi memulai warung baksonya, Bakso Kali Stom, dari nol di sebuah gang kecil di Semarang, tepatnya di Jalan Tegalsari Raya, Candisari.

Awalnya, ia menjual sembako, tetapi keadaan berubah ketika pandemi datang. Dia memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru dan belajar meracik bakso melalui video di YouTube.

Meski hanya bermodal informasi dan niat, langkah ini menandai titik balik dalam hidupnya.

Yang membuat Bakso Kali Stom berbeda adalah topping jeroan sapi yang lengkap: paru, babat, usus, kikil, bahkan torpedo.

Pelanggan bisa meminta jeroan sesuai selera mereka, dan kombinasi ini menjadi daya tarik utama.

Ide ini tidak muncul begitu saja — Yudi belajar meracik jeroan dan racikan kuah dari konten-konten kuliner di YouTube, lalu terus bereksperimen hingga mendapatkan formula yang pas.

Dalam satu hari, warung bakso milik Yudi bisa menghabiskan jeroan hingga 60 kilogram. Angka itu mencakup semua jenis jeroan yang tersedia.

Dari permintaan pasar yang terus meningkat, Yudi pun berani menaikkan skala produksi.

Kini, dia mampu menjual campuran daging sapi dan jeroan dengan berat hingga 100 kilogram per hari. Hal ini membuktikan bahwa kegigihan dan inovasi mampu membawa omzet besar.

Meskipun menghadirkan menu jeroan lengkap, Bakso Kali Stom tetap menetapkan harga yang ramah di kantong: hanya Rp 20.000 untuk semangkuk bakso komplet.

Baca Juga:  Wow! Anggaran Polri Bertambah Sebesar 22,7 Persen, Simak Respon Masyarakat

Harga bersahabat

Selain bakso, ada juga mie ayam yang ditawarkan dengan harga mulai Rp 14.000 per porsi. Untuk melengkapi pengalaman makan, pelanggan bisa menambahkan pangsit goreng atau lontong sesuai keinginan.

Dengan harga bersahabat, warung ini menarik berbagai lapisan masyarakat.

Keputusan Yudi untuk belajar dari YouTube bukan sekadar karena keterbatasan modal, melainkan juga karena fleksibilitas platform tersebut.

Video tutorial memberikan inspirasi dan teknik praktis yang bisa langsung diterapkan.

Selain itu, YouTube memungkinkan dia untuk mengeksplorasi ide-ide kuliner yang tidak biasa, seperti penggunaan jeroan, tanpa harus bergantung pada sekolah kuliner atau mentor lokal.

Kisah Yudi dari penjual sembako menjadi pengusaha bakso sukses adalah bukti nyata bahwa kreativitas ditambah kemauan belajar bisa mengubah nasib.

Dengan modal YouTube dan semangat pantang menyerah, ia menciptakan warung bakso unik yang laris manis.

Semangat ini bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin mengawali usaha kuliner, bahkan dari titik nol.

Belajar secara digital tidak hanya membuka peluang baru, tetapi juga memberikan akses ke ilmu yang sebelumnya terasa sulit dijangkau.