Klaten,diswaysolo.id – Pada Senin sore, Kabupaten Klaten kembali diterjang hujan lebat disertai angin kencang.
Kejadian tersebut menyebabkan kerusakan di berbagai titik — mulai dari pohon yang tumbang, atap rumah yang terbang, hingga gangguan akses jalan.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, dampaknya memicu kepanikan warga dan memacu respons cepat dari petugas setempat.
Artikel ini memaparkan kronologi, dampak, dan langkah yang diambil untuk merespons bencana cuaca tersebut.
Pohon Tumbang
Menurut laporan BPBD Klaten, hujan intensitas sedang hingga lebat mulai terjadi sekitar pukul 17.38 WIB dan berlangsung hingga pukul 20.05 WIB.
Beberapa desa di 4 kecamatan terdampak langsung, termasuk Trucuk, Polanharjo, Bayat, dan Wedi. Di Trucuk, sebuah pohon tumbang menimpa rumah warga dan menutup akses jalan di sejumlah titik.
Selain itu, desa‑desa seperti Palar, Kradenan, Mireng, Sabranglor, Gaden, dan Wonosari menyaksikan genteng rumah terbang atau bangunan rusak akibat terpaan angin.
Beberapa pohon tumbang menghalangi akses jalan, mengganggu aktivitas warga serta mobilitas kendaraan.
Tidak hanya itu, sejumlah rumah mengalami kerusakan pada bagian atap, genteng yang beterbangan meningkatkan risiko luka atau kerusakan tambahan.
Di Kecamatan Polanharjo dan Bayat, pohon tumbang juga merusak bangunan dan menyebabkan akses jalan tertutup sementara.
Hingga laporan terakhir, belum ada kabar korban jiwa, tetapi sejumlah rumah mengalami kerusakan ringan hingga sedang.
Setelah menerima laporan, Pusdalops dan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Klaten segera turun ke lapangan untuk pendataan dan penanganan awal.
Mereka bekerja sama dengan relawan dan instansi lokal untuk membuka akses jalan yang tertutup pohon, memperbaiki atap maupun struktur yang rusak, serta memastikan keamanan warga di lokasi terdampak.
Persiapkan Langkah Mitigasi
Kepala daerah dan petugas setempat juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem dan mempersiapkan langkah‑langkah mitigasi mandiri.
Tak hanya kerusakan fisik, hujan angin yang melanda Klaten juga berdampak secara sosial dan ekonomi.
Sejumlah warga terpaksa mengungsi sementara ke rumah tetangga atau kerabat karena rumah mereka tidak bisa menempati.
Beberapa pedagang kecil di desa Palar dan Bayat mengaku kehilangan pendapatan harian karena kios mereka rusak atau tidak bisa membuka akibat kondisi cuaca.
Anak-anak pun mengalami gangguan kegiatan belajar karena listrik padam di beberapa wilayah terdampak.
Kejadian ini menunjukkan bahwa dampak bencana cuaca ekstrem tak hanya sebatas material, tapi juga memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.
Untuk menghadapi kemungkinan bencana serupa, BPBD Klaten berencana mengintensifkan program edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat.
Program ini mencakup pelatihan tanggap darurat, pengecekan struktur rumah yang rawan rusak, serta pemasangan rambu-rambu peringatan dini di daerah rawan angin puting beliung.
Pemerintah daerah juga mendorong warga untuk memangkas pohon besar yang dekat dengan bangunan, serta memperkuat struktur atap rumah agar lebih tahan terhadap angin kencang.
Langkah preventif ini harapannya bisa meminimalkan risiko dan kerugian jika cuaca ekstrem kembali terjadi.






