Mengenal Senin Pon, Weton Samparwangke dalam Wuku Sinta

Surakarta,diswaysolo.id – Kalender Jawa tetap memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya dalam memilih hari baik untuk berbagai aktivitas seperti pernikahan, berpindah rumah, dan upacara adat.

Salah satu kombinasi hari yang menarik perhatian pada tanggal 8 September 2025 adalah Senin Pon, yang dalam tradisi Jawa disebut sebagai hari Samparwangke, dan jatuh pada wuku Sinta.

Hari ini dianggap memiliki karakter khusus, penuh makna filosofis, dan pengaruhnya sering dipertimbangkan dalam menentukan langkah hidup.

Pahami makna pasaran, pangarasan, pancasuda, hingga larangan tradisional pada hari Samparwangke.

Senin Pon 

Senin Pon pada tanggal tersebut bertepatan dengan 15 Mulud 1959 Jawa. Itu termasuk dalam Tahun Dal dan Windu Sancaya. Membawa nuansa spiritual dan kultural tersendiri.

Selain itu, perhitungan weton—kombinasi hari dalam seminggu dan pasaran—juga mencakup unsur penting seperti neptu, pangarasan, dan pancasuda, yang diyakini memberikan pandangan tentang keberuntungan, potensi, dan perilaku pada hari itu.

suasana penanggalan Jawa menyuguhkan Senin Pon—sebuah kombinasi antara hari Senin dan pasaran Pon—yang memiliki neptu sebesar 11, sebuah nilai yang menggambarkan sifat khas pemilik weton ini: mereka sering kuat dalam pendirian, ramah, sopan, dan hati-hati.

Mereka juga pandai merangkai kata dan bisa menjadi pribadi yang inspiratif. Namun, di sisi lain, individu berweton ini kadang mudah patah semangat saat menghadapi cobaan serta cenderung terpengaruh pesona atau pujian.

Dalam tradisi Jawa, setiap weton membawa pangarasan—karakter atau nasihat simbolis yang dapat menjadi petunjuk dalam menentukan tindakan.

Untuk Senin Pon, pangarasan yang berlaku adalah “Aras Tuding”, yang berarti orang dengan weton ini sering mendapat kepercayaan dan peluang untuk menduduki posisi strategis dalam kelompok atau organisasi.

Namun, kegiatannya tak selalu mulus karena bisa saja muncul tudingan negatif dari sekitarnya.

Baca Juga:  Tempat Wisata untuk Liburan yang Tidak Membosankan di Solo

Filosofi Makna

Tidak kalah penting adalah pancasuda yang terkait. Pada weton ini, pancasuda yang adalah “Sumur Sinaba”.

Secara filosofis bermakna sebagai pribadi yang menyimpan kekayaan pengetahuan serta nasehat yang dalam; sosok ini sering menjadi tempat bertanya dan tempat berlindung karena wawasannya yang luas.

Untuk menambah dimensi budaya, hari tersebut juga berada dalam wuku Sinta.

Wuku merupakan satu siklus mingguan penting dan Sinta ada kaitannya dengan karakter yang kompleks. Yakni memiliki nafsu besar tapi juga hati yang sejuk. Lambangnya burung gagak, simbol seseorang yang cepat mengenali firasat dan awet muda.

Pohonnya adalah Kendhayaan. Itu menandakan sifat pengayom terhadap mereka yang kesusahan. Meskipun terkadang sifat seseorang bisa berpindah tanpa pamit ke tempat lain.

Dalam arah penanggalan, posisi wuku ini menekankan, jika seseorang berada di Timur Laut, sebaiknya menunda melakukan perjalanan penting selama tujuh hari.

Menambahkan lapisan mistik, hari Senin Pon Wuku Sinta berkategori sebagai hari Samparwangke (ringkel jalma).

Dalam budaya Jawa, hari ini ada anggapan tidak cocok untuk melakukan pernikahan atau menempuh perjalanan jauh, karena berisiko membawa celaka.

Dengan pemahaman ini, pembaca bisa menyadari bahwa pusat tafsir tradisi Jawa tidak hanya memperhitungkan tanggal, tetapi melibatkan unsur filosofis dan simbolis yang terkenal kaya—menjaga harmoni antara jiwa, tradisi, dan alam.

Semoga artikel ini membantu Anda memahami makna mendalam di balik Senin Pon, 8 September 2025—hari Samparwangke dalam wuku Sinta.