Surakarta,diswaysolo.id – Minat tinggi masyarakat menjadikan pasar tradisional sebagai sorotan utama, penuh aktivitas belanja dan aktivitas budaya selama liburan Maulid Nabi.
Pada libur Maulid Nabi baru-baru ini, Pasar Gede Solo kembali membuktikan daya tariknya sebagai destinasi belanja dan budaya.
Lapak-lapak di sepanjang lorong pasar penuh pengunjung lokal maupun wisatawan. Mereka datang bukan hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari, melainkan juga menikmati atmosfer tradisional yang kental.
Aktivitas transaksi begitu hidup, dengan pedagang yang sigap melayani, serta para pengunjung semangat berkeliling dan memburu produk lokal.
Pasar Gede Solo
Pasar Gede Solo, dengan arsitektur khas kolonial yang ikonik, kembali menjadi magnet wisatawan pada libur Maulid Nabi.
Kunjungannya meningkat tajam dibanding hari biasa, didorong oleh kombinasi tradisi, kebutuhan, dan suasana unik yang sulit ditemukan di tempat lain.
Pasar Gede tidak sekadar menawarkan kebutuhan pokok seperti sayur, buah, dan rempah-rempah, tapi juga jajanan tradisional dan oleh-oleh khas Solo.
Dalam suasana liburan, lapak makanan ringan dan minuman tradisional menjadi favorit wisatawan, yang menikmati kuliner sambil berjalan-jalan di tengah keramaian pasar.
Para pengunjung datang dari berbagai daerah—ada yang asli Solo, ada pula yang berasal dari kota-kota sekitar. Mereka berjalan-jalan sambil berburu jajanan, batik, atau kerajinan tangan.
Tak sedikit yang menjadikan bangunan pasar bergaya art deco sebagai latar foto, menambah nilai estetis dokumentasi liburan mereka.
Kehadiran wisatawan pun turut menghidupkan ekonomi mikro. Pedagang kecil merasakan pendongkrakan penjualan, terutama untuk barang-barang khas seperti rempah-rempah lokal, bumbu racik, hingga sambal buatan perseorangan.
Momen libur panjang menjadi peluang emas bagi mereka untuk menambah penghasilan.
Namun, tingginya arus pengunjung sempat menimbulkan kekhawatiran keamanan. Dalam momen serupa sebelumnya (saat libur Natal dan Tahun Baru), munculnya pencopetan di area yang sama menjadi keluhan.
Meskipun belum lapor saat libur Maulid Nabi, perlu ada kewaspadaan, baik oleh pengelola pasar maupun pengunjung, to prevent unfortunate incidents.
Pusat Kegiatan Budaya
Selain belanja, Pasar Gede sering menjadi pusat kegiatan budaya. Selama periode-periode tertentu seperti Imlek atau acara Grebeg, pasar didekorasi dengan lampion, musik, dan kesenian lokal.
Meski tidak secara khusus terjadi saat Maulid Nabi, tradisi semacam ini memperkuat citra Pasar Gede sebagai ruang sosial dan budaya.
Pemerintah kota juga biasanya menerapkan rekayasa lalu lintas dan pengaturan parkir di sekitar area pasar untuk menjaga kelancaran kunjungan.
Meskipun informasi langsung terkait Maulid Nabi belum temukan, langkah serupa dipercaya turut diterapkan agar suasana ramai tidak berubah jadi macet atau tak terkendali.
Singkatnya, libur Maulid Nabi kembali menunjukkan bagaimana Pasar Gede Solo bukan hanya pasar tradisional biasa.
Ia menjadi titik pertemuan antara budaya, perdagangan, dan wisata, yang menyajikan pengalaman berbelanja otentik sekaligus relasi sosial—menciptakan memori berharga bagi pengunjung dan pelaku usaha kecil di Solo.






