Sekitar 3.800 Pegawai NASA Resign: Ini Penyebab dan Implikasinya

Jakarta,diswaysolo.id – NASA kini menghadapi gelombang besar pengunduran diri dari pegawainya. Mengapa demikian?

Program pegawai Nasa resign ini dijalankan untuk memangkas birokrasi dan anggaran lembaga antariksa yang akan terbatas pada tahun fiskal 2026.

Langkah ini juga bertujuan menghindari pemecatan massal dengan menawarkan paket kompensasi dan masa tunggu hingga Januari 2026.

Namun langkah ini memicu kekhawatiran serius dari berbagai kalangan atas potensi hilangnya pengetahuan teknis dan menurunnya kemampuan NASA dalam menjalankan misi eksplorasi masa depan.

Detail Gelombang Resign Sukarela

Pada gelombang pertama di awal 2025, sekitar 870 pegawai memilih mengikuti DRP, menyusul 3.000 orang pada gelombang kedua yang ditutup pada 25 Juli 2025. 

Setelah ditambah sekitar 500 pegawai yang keluar lewat proses normal, total pegawai NASA diproyeksikan menyusut menjadi sekitar 14.000 orang dari sebelumnya 18.000.

NASA menyebut skema ini sebagai alternatif untuk meminimalisir pemutusan hubungan kerja secara paksa.

Menurut mantan administrator sementara NASA, Janet Petro, DRP memungkinkan staf mundur secara sukarela sambil tetap menjaga keselamatan operasional misi ruang angkasa Amerika.

Juru bicara NASA, Cheryl Warner, menegaskan bahwa meskipun staf turun drastis, misi menuju Bulan dan Mars tetap menjadi prioritas. 

Sekitar Sekitar 2.145 pegawai senior di level GS-13 hingga GS-15 memilih resign melalui berbagai opsi seperti pensiun dini dan buyout.

Para pegawai dan mantan staf NASA menulis surat terbuka “The Voyager Declaration” kepada pimpinan sementara Sean Duffy.

Mereka memperingatkan bahwa pemangkasan staf dan program anggaran dapat mengancam keamanan, memperlemah inovasi, serta melemahkan posisi AS dalam kompetisi eksplorasi ruang angkasa global.

Di tengah krisis ini, NASA belum memiliki administrator tetap setelah pencalonan Jared Isaacman lakukan pembatalan.

Baca Juga:  Sheila On 7 Akan Hadir di JVWF 2025 Yogyakarta

Struktur kepemimpinan yang tidak pasti serta kebijakan DRP di bawah pengaruh Department of Government Efficiency (DOGE) memperparah situasi.

Elon Musk secara tidak langsung terlibat dalam program pengurangan staf melalui DOGE, yang telah menuai kritik atas konflik kepentingan potensial.

Pilihan massal pengunduran diri sukarela sebanyak 3.800 pegawai NASA mencerminkan tantangan berat di balik usaha efisiensi anggaran dan birokrasi.

Meskipun NASA menekankan bahwa keselamatan dan misi eksplorasi tetap ada ada penjagaan, banyak pihak menilai bahwa kehilangan staf senior dan teknis dapat mengganggu operasi jangka panjang.

Tanpa kepastian kepemimpinan dan stabilitas anggaran, langkah ini berisiko melemahkan kapasitas AS dalam menjaga keunggulan di era eksplorasi antariksa baru.