Sragen  

Siswa SMPN 2 Gondang Terlibat Insiden Pengeroyokan, Proses Mediasi Gagal Dilanjutkan ke PPA Polres Sragen

Siswa SMPN 2 Gondang Terlibat Insiden Pengeroyokan
Siswa SMPN 2 Gondang terlibat pengeroyokan

SRAGEN, diswaysolo.id – Usaha mediasi terkait kasus dugaan pengeroyokan siswa baru di SMPN 2 Gondang Kabupaten Sragen berakhir tanpa hasil. Pertemuan yang berlangsung di sekolah pada Kamis, 23 Juli 2025 kemarin tidak menghasilkan kesepakatan antara orang tua korban dan orang tua terduga pelaku. Siswa SMPN 2 Gondang.

Akibatnya, kasus ini dipastikan akan berlanjut ke jalur hukum di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sragen.

Plt Kepala Sekolah SMPN 2 Gondang, Ninuk Suryani, menjelaskan kronologi kejadian yang ia terima dari Tim Penanggulangan dan Pencegahan Kekerasan (TPPK) sekolah.

Ia menyatakan bahwa insiden ini bermula ketika sekelompok siswa kelas VIII mondar-mandir dan mengetuk-ngetuk pintu serta jendela kelas VII yang sedang berlangsung pelajaran. “Akibatnya, anak-anak di kelas merasa terganggu,” ungkap Ninuk.

Secara tidak sengaja, saat korban membuka pintu dari dalam kelas, pintu tersebut mengenai wajah salah satu terduga pelaku. “Anak tersebut langsung kehilangan kendali,” tambahnya.

Baca Juga:  Ironi Damkar Sragen! Tingginya Tuntutan Kerja, namun Anggaran yang Minim

Siswa SMPN 2 Gondang Terlibat Insiden Pengeroyokan

Ninuk menyatakan bahwa hasil mediasi yang dihadiri oleh pihak kepolisian, kepala desa, serta kedua belah pihak keluarga tidak menemukan solusi. Oleh karena itu, kasus ini akan dilanjutkan ke PPA Polres Sragen.

Ninuk mengaku belum mengetahui secara rinci tentang aduan yang akan dilaporkan oleh pihak keluarga korban.

Mengenai jumlah pelaku, Ninuk menyampaikan bahwa informasi awal tentang pengeroyokan memang tidak konsisten.

Namun, berdasarkan beberapa keterangan yang dikumpulkan oleh sekolah, ia menegaskan bahwa pelaku pemukulan hanya satu anak berinisial LH, dari kelas VIII A.

Pihak sekolah juga membantah anggapan bahwa LH sering terlibat dalam tindakan kekerasan. Selain itu, sekolah tidak dapat memastikan kebenaran mengenai adanya ular mati yang dilemparkan ke dalam kelas.

Baca juga: Estafet Baru KNPI Sragen, Ketua Terpilih Siap ‘Mengembalikan Antusiasme’ Pemuda

Ironisnya, insiden ini terjadi bersamaan dengan pelaksanaan sosialisasi anti-bullying oleh sekolah bersama orang tua wali.

“Saya baru saja diam, eh malah terjadi. Senin saat upacara dan setiap rapat juga saya sampaikan tentang anti-bullying,” kata Ninuk dengan nada menyesal.