JAKARTA, diswaysolo.id – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, kembali melakukan perombakan dalam jajaran komisaris perusahaan pelat merah. Kali ini, ia menunjuk Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Yunus Nusi, sebagai Komisaris Independen di PT Angkasa Pura (AP).
Penunjukan ini tertuang dalam surat keputusan bersama antara Kementerian BUMN Erick Thohir dan PT Aviasi Pariwisata Indonesia selaku induk perusahaan.
Langkah Erick Thohir ini memperkuat tren masuknya figur publik dan politisi ke dalam struktur BUMN.
Pengangkatan ini menandai persilangan antara sektor olahraga, politik, dan bisnis negara. Simak ulasan berikut ini mengenai Erick Thohir yang menunjuk sekjen PSSI.
Posisi Baru dan Dasar Hukum
Keputusan ini tertuang dalam Salinan Keputusan Menteri BUMN dan Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia sebagai pemegang saham Angkasa Pura.
Dokumen bernomor SK197/MBU/07/2025 dan KEP.DU.01/08.03.01/04/07/2025 menetapkan pengangkatan tersebut, berlaku sejak 4 Juli 2025.
Masa jabatan komisaris akan berjalan sesuai anggaran dasar Angkasa Pura, namun Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tetap berwenang untuk memberhentikan anggota sewaktu-waktu.
Siapa Itu Yunus Nusi?
Yunus Nusi aktif sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Kiprahnya di kancah olahraga nasional membuat namanya dikenal luas, khususnya saat menemani kegiatan internal PSSI dan event sepak bola nasional.
Kini, ia membawa keahliannya ke dunia bisnis melalui posisi komisaris Angkasa Pura—menandai persilangan unik antara olahraga dan korporasi.
Alasan Strategis di Balik Pengangkatan
Erick Thohir secara konsisten memasukkan figur dari berbagai latar belakang, termasuk politik dan olahraga, ke jajaran pimpinan BUMN.
Langkah ini bukan semata politisasi—melainkan bagian dari strategi memperkuat tata kelola melalui kemampuan hubungan publik dan jaringan.
Staf khusus Kementerian BUMN sebelumnya menjelaskan bahwa seleksi itu melalui proses fit and proper test, memastikan kompetensi calon sesuai kebutuhan BUMN.
Dalam konteks ini, Yunus Nusi bukan hanya figur olahraga, tetapi representasi kehadiran talenta lintas sektor untuk meningkatkan inovasi dan kolaborasi korporasi.
Ia berharap kehadirannya mampu memberi perspektif segar di Angkasa Pura, terutama terkait sinergi antara layanan publik, pariwisata, dan olahraga.
Peluang dan Tantangan bagi Angkasa Pura
Penggabungan latar politik dan olahraga di level dewan komisaris memberi peluang baru:
-
Optimalisasi Jaringan
Yunus memiliki akses ke jaringan luas, termasuk pemerintah, penggemar sepak bola, dan korps olahraga. Hal ini dapat membuka peluang kolaborasi event, sponsor, dan promosi bandara. -
Diversifikasi layanan
Dengan sentuhan olahraga, Angkasa Pura dapat mengembangkan layanan bernuansa event—misalnya fasilitas bandara saat Piala Dunia U‑20 atau SEA Games. -
Peningkatan tata kelola
Pengalaman seleksi yang ketat harapannya dapat memperbaiki budaya kerja dan tata kelola, selaras We Love BUMN initiative.
Namun, kemunculan sosok politikus dalam struktur BUMN selalu menimbulkan kritik soal potensi politisasi ke dalam bisnis.
Keder politik pun pernah mencuat saat Sekjen DPR jadi komisaris BUMN, meski sah secara regulasi.
Erick pun sempat menegaskan aturan agar komisaris dan direksi BUMN yang berkecimpung kampanye harus mengundurkan diri.
Dengan menunjuk Yunus Nusi sebagai Komisaris Independen Angkasa Pura, Erick Thohir menegaskan komitmennya terhadap inovasi dan penguatan tata kelola BUMN melalui sosok lintas sektor.
Meski terkesan politis , proses seleksi resmi dan dasar yuridis menjadi payung transparansi dalam pengambilan keputusan.
Bagi Angkasa Pura, hadirnya figur berpengaruh di olahraga nasional membuka peluang sinergi di berbagai lini, mulai dari publikasi event hingga layanan bandara bertema olah raga.






