Surakarta,diswaysolo.id – Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo merupakan salah satu kerajaan yang masih ada di Indonesia sampai sekarang.
Istana ini berdiri di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, dan menjadi simbol kuat budaya Jawa.
Meski kekuasaan politiknya sudah berakhir, keraton tetap memainkan peran penting dalam pelestarian tradisi dan identitas lokal.
Artikel ini akan mengulas perjalanan sejarahnya dan bagaimana keraton beradaptasi dengan zaman modern.
Keraton Surakarta
Keraton Surakarta Hadiningrat bermula dari konflik dan perubahan besar pada abad ke-18.
Sebelumnya, pusat kerajaan Mataram berada di Kartasura. Namun setelah peristiwa Geger Pecinan pada 1740 yang mengguncang stabilitas kerajaan. Susuhunan Pakubuwono II memutuskan untuk memindahkan ibu kota kerajaan.
Ia memilih Desa Sala sebagai lokasi baru dan akhirnya mendirikan Keraton Surakarta pada 17 Februari 1745 sebagai pengganti Kartasura yang rusak akibat pemberontakan tersebut.
Perpindahan ini menandai lahirnya sebuah pusat kerajaan baru yang kemudian menjadi salah satu simbol budaya Jawa yang paling penting.
Sejak berdirinya, Keraton Surakarta pimpinnya adalah deretan Susuhunan yang berasal dari garis keturunan Raja Mataram.
Mulai dari Sri Susuhunan Pakubuwono II yang memprakarsai berdirinya keraton, kemudian oleh raja-raja berikutnya yang memimpin kerajaan sampai era modern.
Salah satu fakta penting adalah kerajaan ini telah memimpin setidaknya 12 Susuhunan dari zaman leluhur sampai Pakubuwono XIII yang wafat pada November 2025.
Prosesi penobatan raja baru, yaitu Pakubuwono XIV, telah terjadwalkan untuk menjaga kelangsungan tradisi kesunanan.
Walau Keraton Surakarta tidak lagi menjadi lembaga pemerintahan administratif Indonesia, ia tetap memiliki peran signifikan dalam menjaga dan menyebarkan budaya Jawa.
Keraton Pusat Pelestarian Seni
Keraton berfungsi sebagai pusat pelestarian seni tradisional seperti tarian, gamelan, upacara adat, dan ritual yang diwariskan turun-temurun.
Pemerintah, termasuk Kementerian Kebudayaan RI, terus memberi perhatian terhadap konservasi aset budaya dan cagar budaya di kawasan keraton untuk menjamin keberlanjutan warisan tersebut.
Dengan demikian, keraton tetap hidup sebagai institusi budaya yang menghubungkan masa lalu dengan masyarakat masa kini.
Keraton Solo sampai sekarang aktif menyelenggarakan berbagai tradisi adat yang menjadi daya tarik budaya.
Ritual seperti sekaten yang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kirab malam 1 Suro dan upacara tedhak siten masih praktik secara rutin.
Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menjadi bagian penting dari kehidupan internal keraton, tetapi juga menarik minat wisatawan dan akademisi.
Dengan tetap melaksanakan ritus klasik seperti itu, Keraton Surakarta memegang fungsi sebagai penjaga tradisi Jawa yang autentik.
Secara administratif, Keraton Surakarta tidak lagi memiliki otoritas politik pemerintah setelah penghapusan status daerah istimewa pada 1950.
Berbeda dengan Yogyakarta yang tetap memperoleh status istimewa di Indonesia, Solo kini menjadi bagian dari Provinsi Jawa Tengah tanpa kedudukan hukum khusus.
Meskipun demikian, keraton tetap dihormati sebagai warisan budaya yang wajib dilindungi dan dilestarikan oleh pemerintah serta masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan keraton kini lebih bersifat simbolik dan kultural daripada administratif formal.
Keraton Surakarta Hadiningrat tetap menjadi jantung warisan budaya Jawa yang hidup dan relevan sampai saat ini.
Perjalanan historisnya dari era kerajaan yang berkuasa sampai peran kontemporer sebagai pusat budaya menunjukkan ketangguhan tradisi yang terus perbarui.
Walau tidak lagi berdaulat dalam pemerintahan modern, keraton memiliki peran penting dalam melestarikan identitas budaya dan sejarah lokal yang berharga.
Melalui upacara adat, pemugaran aset budaya, dan dukungan publik, Keraton Solo terus menjadi simbol warisan bangsa yang tak lekang oleh waktu.






