Klaten  

Lapisan Sunyi, Tragisnya Kondisi Candi Bekelan di Klaten

Klaten,diswaysolo.id – Candi Bekelan, sebuah situs purbakala di Dusun Bekelan, Desa Karangnongko, Klaten, kini menghadapi nasib yang memprihatinkan.

Terabaikannya situs ini membuat puing-puing batu kuno tertimbun oleh pepohonan dan semak liar.

Meski plang penanda sudah dipasang, keberadaan bekas candi nyaris tak terlihat dari jalan utama.

Keadaan tersebut mencerminkan lemahnya perhatian terhadap warisan arkeologis yang berharga.

Kondisi Candi Bekelan 

Saat tim liputan mendatangi lokasi, yang terlihat hanyalah satu papan penanda situs — terpasang di simpang tiga jalan kampung — dan sebuah pekarangan rumah milik warga bernama Suratno.

Tak ada bangunan candi yang menjulang. Tumpukan batu-batu kuno berukir takik dengan motif flora, sulur. Bahkan satwa seperti rubah tersembunyi rapat dibalik ranting dan semak belukar.

Batu-batu candi itu tidak tertata rapi sebagai artefak. Ada yang menumpuk di dekat bekas kandang ternak. Ada pula yang sengaja meletakan di utara kamar mandi warga.

Banyak bebatuan berlumut, bahkan terbungkus rapat semak sehingga sulit terjangkau.

Di bagian pagar pekarangan sisi selatan, terdapat susunan batu sepanjang 4–5 meter dengan tinggi sekitar satu meter — namun untuk melihatnya, orang harus menyibak dedaunan lebat dulu.

Menurut salah seorang analis dari Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, situs Bekelan sudah tercatat dalam data “ODCB” (Objek Diduga Cagar Budaya).

Namun hingga kini, belum ada Surat Keputusan resmi yang menetapkannya sebagai cagar budaya. Tanpa status resmi, upaya penataan dan pelestarian dianggap sulit dilakukan.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa jejak sejarah yang tersebar dalam bentuk batu-batu kuno itu bisa terus terlupakan, bahkan hilang terlindas waktu dan alam.

Pemilik pekarangan, Suratno, mengungkap bahwa pada awal 1960-an, ayahnya menemukan bebatuan kuno ketika menggali tanah sedalam 2–3 meter. Kemudian batu-batu itu terkumpulkan.

Baca Juga:  Menelusuri Destinasi The Gondang Park Klaten, Wisata Edukasi dan Sejarah

Sebelum 1965, petugas purbakala sempat datang ke lokasi. Meskipun arca dan artefak, sebagian besar telah terbawa pihak berwenang.

Beberapa pakar sejarah memperkirakan umur Candi Bekelan lebih tua dari pada candi-candi lain di daerah sekitar. Misalnya Candi Merak atau Candi Karangnongko.

Temuan arkeologis seperti batu berelief rubah dan “batu Kala” di dekat bekas sendang mengindikasikan bahwa situs ini mungkin berhubungan dengan periode Buddha.

Namun karena minim dokumentasi dan belum ada penetapannya sebagai cagar budaya, peluang penelitian mendalam kini makin kecil.

Warisan Sejarah

Kondisi Candi Bekelan menunjukkan bahwa banyak warisan sejarah kita yang rentan hilang jika tidak terkelola dengan baik.

Situs semacam ini  tidak terurus, hanya menyatu dengan pekarangan warga, berisiko rusak atau bahkan hilang tanpa jejak.

Pelestarian bukan hanya soal fisik bangunan, tetapi juga dokumentasi, penelitian arkeologis, dan edukasi bagi masyarakat.

Dengan begitu, kita menghormati warisan leluhur dan membuka peluang untuk penelitian, wisata budaya, atau bahkan edukasi sejarah untuk generasi mendatang.

Nasib Candi Bekelan mengingatkan bahwa keberadaan situs purbakala tidak menjamin pelestarian otomatis. Butuh kepedulian, regulasi, dan tindakan nyata agar warisan sejarah tidak tercerabut dari ingatan kolektif.

Jika tidak segera diselamatkan, Candi Bekelan — serta banyak situs lain yang tersebar di nusantara — bisa hilang tertelan semak belukar dan lupa waktu.

Mari jadikan ini panggilan untuk pelestarian warisan budaya kita, sebelum terlambat.