Fadli Zon Berharap Sengketa Takhta Keraton Solo Segera Usai

Surakarta,diswaysolo.id – Sengketa suksesi di Keraton Surakarta Hadiningrat kini memunculkan dua klaim pengangkatan raja baru setelah wafatnya Sri Susuhunan PB XIII.

Dalam situasi ini, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyuarakan harapan agar perselisihan takhta tak terus berlarut-larut.

Ia menegaskan bahwa penyelesaian internal keluarga keraton jauh lebih baik daripada konflik panjang.

Harapan itu juga tujuannya kepada sosok tua keraton agar bisa menjadi penengah utama dalam proses musyawarah.

Sengketa Takhta Keraton 

Sengketa di Keraton Solo bermula ketika dua putra mendiang PB XIII sama-sama menyatakan diri sebagai pengganti.

Di satu sisi, KGPH Mangkubumi menobatkan dirinya sebagai Paku Buwono XIV. Sementara di pihak lain, KGPAA Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram terkenal sebagai Purbaya juga mengukuhkan gelar PB XIV dalam sebuah upacara jumeneng.

Menanggapi dualisme klaim tersebut, Fadli Zon mengingatkan bahwa sebelumnya sudah ada struktur dan kesepakatan adat — yang melibatkan mendiang PB XIII dan figur tua keraton, yakni Panembahan Agung Tedjowulan.

Menurut Fadli Zon, upaya damai sebenarnya pernah dilakukan pada 2017 dan melibatkan Tedjowulan sebagai Maha Menteri, sosok yang dihormati oleh keluarga keraton.

Sebagai bentuk konkret, pada 10 November 2025, Fadli Zon mengeluarkan surat resmi tertanggal 10 November 2025 yang menunjuk Tedjowulan sebagai pihak yang memimpin proses suksesi melalui perundingan adat — bukan sebagai raja pengganti, melainkan sebagai penjaga tatanan keraton.

Tak hanya sekadar penunjukan, Fadli Zon berharap agar seluruh pihak — termasuk anak-anak PB XIII dan kerabat Keraton Solo — duduk bersama untuk berdialog, mendamaikan perbedaan, dan mencapai konsensus.

Pentingnya Jaga Keraton Solo

Selain itu, Fadli menegaskan pentingnya menjaga Keraton Solo sebagai warisan budaya nasional.

Baca Juga:  Pulo Picis, Dusun Tersembunyi di Klaten yang Terlihat Terasing oleh Sukoharjo

Ia menyebut bahwa keraton bukan sekadar simbol kekuasaan. Keraton adalah aset sejarah yang harus terpelihara agar terus menjadi pusat kebudayaan di Kota Solo.

Perselisihan takhta di Keraton Solo menghadirkan tantangan besar bagi keberlangsungan tradisi dan nilai-nilai adat.

Dengan menunjuk Panembahan Agung Tedjowulan sebagai mediator, Fadli Zon menawarkan jalan musyawarah ketimbang konflik berkepanjangan.

Harapannya, melalui dialog keluarga, ketegangan dapat mereda dan keraton kembali bersatu.

Sekaligus, fungsi keraton sebagai cagar budaya pun tetap terjaga dan menghormati sebagai bagian dari warisan bangsa.