Klaten  

Remaja 14 Tahun Menangis di Pagar Masjid Prambanan

Klaten,diswaysolo.id – Seorang remaja berumur 14 tahun ditemukan menangis dan kebingungan di pagar Masjid Qolbun Syakur, Prambanan, Klaten pada Sabtu sore.

Penemuan ini mengejutkan warga dan petugas masjid yang melihatnya duduk sendirian, tidak merespon ajakan bicara.

Polisi kemudian menindaklanjuti dengan pendekatan yang hati-hati agar remaja tersebut mau memberikan identitas.

Setelah diusut, ternyata ia berjalan kaki dari pondok pesantren di Yogyakarta sebelum sampai di Klaten.

Remaja 14 Tahun 

Remaja tersebut, yang kemudian diidentifikasi sebagai AR (inisial), pertama kali terlihat oleh petugas parkir masjid sekitar pukul 15.15 WIB.

Ia duduk di pagar masjid sambil menangis, dalam kondisi emosional yang tidak stabil dan tampak sangat terpukul.

Ketika didekati, AR tidak segera merespons ajakan bicara. Petugas pun sadar ada sesuatu yang tidak biasa dan menghubungi Polsek Prambanan untuk mendapatkan bantuan.

Begitu polisi tiba di lokasi, mereka menemukan AR belum bisa berkomunikasi secara verbal. Karena itu, petugas menggunakan pendekatan lembut dan sabar: mereka memberikan kertas dan buku agar AR bisa menuliskan identitasnya.

Dengan cara ini, AR akhirnya menulis nama lengkap dan alamat desanya, yang kemudian memudahkan petugas untuk menindaklanjuti.

Setelah identitasnya jelas, polisi mengetahui bahwa AR ternyata meninggalkan pondok pesantren di Yogyakarta sekitar pukul 13.00 WIB.

Dari keterangan petugas, remaja itu berjalan kaki dari Yogyakarta menuju Klaten sebelum akhirnya ditemukan di pagar masjid.

Polisi memastikan bahwa tidak ada tanda kekerasan pada tubuh AR, sehingga dugaan kriminalitas bisa dikesampingkan.

Setelah identitasnya diketahui, petugas Polsek Prambanan segera mengantar AR kembali ke rumah orang tuanya.

Kembalikan Remaja

Kapolsek AKP Nyoto menyatakan bahwa tindakan ini dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), dari menerima laporan hingga mengembalikan remaja dalam kondisi aman.

Baca Juga:  3 Rekomendasi Kuliner Khas Klaten, Nasi Tumpang Lethok yang Menggugah Selera

Polisi juga memastikan bahwa keluarga AR menerimanya dengan baik setelah tiba di rumah.

Kejadian ini menimbulkan pertanyaan seputar kondisi psikologis remaja dan motivasi di balik keputusannya pergi dari pondok pesantren.

Ada kemungkinan AR merasa kebingungan, lelah, atau tertekan secara emosional. Di sisi lain, masyarakat dikejutkan oleh fakta bahwa seorang anak muda bisa menempuh perjalanan kaki jauh dari tempat asuhnya tanpa terdeteksi lebih awal.

Polisi dan keluarga pun perlu mengevaluasi sistem pengawasan serta dukungan mental bagi santri, agar kejadian serupa tidak terulang.

Kisah AR yang ditemukan menangis di pagar masjid Prambanan menyadarkan kita bahwa kondisi remaja sering kali lebih kompleks daripada yang terlihat dari luar.

Keberanian polisi dalam berinteraksi dan upaya mereka menanggapi dengan pendekatan manusiawi menjadi poin penting dalam penanganan kasus ini.

Namun, lebih dari itu, kejadian ini sebaiknya menjadi pemicu refleksi bersama — bagi orang tua, pesantren, dan masyarakat — tentang pentingnya memperhatikan kesehatan mental anak muda dan membangun sistem pendampingan yang lebih kuat.

Semoga AR bisa mendapatkan dukungan yang ia butuhkan dan menemukan rasa aman di rumah dan kehidupannya ke depan.