Surakarta,diswaysolo.id – Di tengah kawasan batik klasik di Solo, terdapat sebuah ruang bawah tanah yang menyimpan banyak misteri.
Bunker Setono yang terletak di Kampung Batik, Kelurahan Laweyan, Kota Solo, telah menjadi bahan perbincangan karena fungsi historisnya yang unik.
Konon, bunker ini dulunya menjadi tempat persembunyian dan penyimpanan harta bagi pemilik rumah.
Kini, ruang rahasia tersebut terbuka bagi publik yang ingin menyelami jejak masa lalu kawasan batik Solo.
Bunker Setono di Solo
Bunker Setono beralamat di RT 02/RW 02, Kampung Setono, Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah.
Rumah yang menampung bunker itu dulunya milik pengusaha batik bernama Wiryosupadmo dan istrinya.
Setelah sang pengusaha wafat, rumah berpindah ke tangan pembantu yang kemudian menempati sendiri hingga wafat.
Menurut pengelola pariwisata lokal yang tergabung dalam Pokdarwis Widiharso, bunker tersebut memiliki usia sekitar tiga abad.
Arsitektur dan material kayu yang terlihat menyerupai konstruksi era 1700-an, yakni zaman Kerajaan Mataram, menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan saksi sejarah yang cukup tua.
Bunker ini memiliki ukuran 2 × 2 meter dengan tinggi 2 meter, lubang masuk berukuran 0,5 × 1 meter. Ada tutup papan kayu dan tanpa ventilasi, hanya penerang lampu temaram kuning.
Lokasi bunker berada tepat di tengah ruangan yang denganpenyebutan sitinggil. Ruang yang lebih tinggi sekitar 30 cm dari lantai lainnya, tempat pemilik rumah memeriksa hasil kerja karyawan membatik.
Rumah tersebut memiliki luas sekitar 500 m² dengan pelataran ukuran 7 × 8 meter yang dulu digunakan sebagai tempat karyawan bekerja membatik — menunjukkan integrasi antara fungsi rumah tinggal, tempat kerja dan ruang rahasia.
Fungsi utama bunker itu dulunya adalah sebagai tempat persembunyian apabila terjadi serangan tentara atau perampokan, namun yang paling dominan adalah sebagai tempat menyimpan perhiasan atau harta kekayaan pemilik rumah.
Walaupun sekarang tak lagi digunakan untuk fungsi aslinya, suasana misterius dan nilai sejarahnya tetap menarik perhatian pengunjung dan masyarakat lokal.
Pengunjung Gratis
Bunker Setono kini dikelola oleh warga setempat dan terbuka untuk dikunjungi secara gratis pada hari Senin hingga Jumat pukul 09.00-17.00 WIB.
Ulasan dari pengunjung di Google Review menyebut bahwa suasana malam di bunker ini “keren” dan memberikan sensasi berbeda ketika dipandang dalam nuansa pencahayaan rendah dan konstruksi tua.
Keberadaan Bunker Setono di Solo menawarkan lebih dari sekadar ruang bawah tanah; ia adalah jejak sejarah dan bukti bagaimana arsitektur dan kehidupan masyarakat batik dahulu menyatu dengan kebutuhan keamanan dan penyimpanan kekayaan.
Mengunjungi tempat ini memberi kesempatan untuk memahami lapisan historis di balik sebuah kawasan yang selama ini dikenal karena industri batiknya.
Bunker ini mengajak kita merenungkan betapa pentingnya warisan lokal dan bagaimana setiap struktur bisa menyimpan cerita yang tak kasat mata.
Apabila Anda mencari destinasi wisata yang berbeda di Solo, Bunker Setono bisa menjadi pilihan yang menarik






