Klaten,diswaysolo.id – Dalang ternama Ki Anom Suroto telah mengakhiri perjalanan hidupnya dan jenazahnya diberangkatkan menuju makam di Klaten.
Proses pemberangkatan dilakukan dari Kebon Seni Timasan, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, dengan pengawalan petugas.
Di antara pelayat hadir kerabat dekat, sahabat seniman, dan tokoh budaya yang memberikan penghormatan terakhir.
Momen ini menjadi titik penghormatan terhadap kontribusi besar Ki Anom Suroto dalam dunia seni pertunjukan tradisional wayang di Indonesia.
Ki Anom Suroto
Jenazah Ki Anom Suroto diberangkatkan melalui prosesi yang khidmat dari lokasi kediamannya di Kebon Seni Timasan, Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, pada pukul sekitar 15.40 WIB.
Pengawalan petugas lalu lintas serta mobil jenazah memastikan perjalanan sampai ke tempat pemakaman di Kabupaten Klaten berjalan tertib.
Tujuan akhir prosesi adalah makam di Dhepokan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, di mana almarhum akan dimakamkan sebagai bentuk penghormatan terakhir atas karya dan kontribusinya.
Dalam kesempatan itu, sejumlah tokoh seni termasuk pelawak senior Kirun turut hadir memberikan sambutan dan mengenang kepribadian Ki Anom Suroto sebagai maestro dan panutan.
Kirun dalam sambutannya menuturkan bahwa Ki Anom Suroto tak hanya sekadar dalang terkenal, tetapi juga pembina bagi generasi muda seniman: “Terhadap dalang cilik, dalang ndeso, … sok sing durung lucu sedaya dirangkul kaleh Ki Haji Anom Suroto,” ujar Kirun.
Aktif Berkarya Dampingi Seniman
Hal ini mencerminkan bagaimana almarhum memperluas ruang bagi seniman yang belum mapan untuk berkembang.
Walaupun dalam kondisi sakit, Ki Anom Suroto tetap aktif berkarya dan mendampingi seniman lain serta menularkan ilmunya tanpa membatasi.
Kirun menyebut bahwa kehadiran almarhum di dunia seni wayang adalah “guru, bapak, dan teman” bagi banyak orang sejak 1987. Memori tersebut menjadi warisan tak ternilai bagi seniman tradisi di Jawa.
Perpisahan ini bukan sekadar moment penghormatan, tetapi juga pengingat akan pentingnya pelestarian seni dan tradisi.
Dengan berpulangnya satu tokoh besar seperti Ki Anom Suroto, tugas menjaga dan mengembangkan wayang serta kebudayaan Jawa menjadi lebih mendesak.
Pemakaman di Klaten menjadi simbol bahwa akar tradisi tak boleh padam dan harus diwariskan ke generasi selanjutnya.
Kepergian Ki Anom Suroto menandai berakhirnya satu era dalam jagad seni pertunjukan tradisional. Namun, warisan nilai, keilmuan, dan kepeduliannya terhadap regenerasi seniman tetap hidup.
Semoga makamnya di Klaten menjadi tempat yang layak bagi sosok yang telah memberikan dedikasi besar bagi kebudayaan Indonesia.
Dan semoga juga generasi penerus mengambil inspirasi dari perjalanan hidupnya untuk terus melestarikan wayang serta budaya lokal lainnya.






