Mahasiswi Loncat dari Lantai 5 setelah Upaya Bunuh Diri Sebelumnya Gagal

Sukoharjo,diswaysolo.id – Kembali sebuah peristiwa memilukan terjadi di lingkungan kampus.

Seorang mahasiswi berusia 21 tahun dilaporkan meninggal dunia setelah melompat dari lantai 5 gedung laboratorium di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Solo, wilayah Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Aksi ini bukanlah yang pertama — sebelumnya, korban sudah pernah mencoba mengakhiri hidup, namun upayanya digagalkan oleh teman-temannya.

Tragedi ini menyisakan banyak pertanyaan terkait kondisi psikologis, sistem dukungan kampus, dan pentingnya deteksi dini gangguan mental di kalangan mahasiswa.

Mahasiswa Loncat 

Peristiwa terjadi pada Jumat pagi sekitar pukul 10.45 WIB di gedung laboratorium kampus UIN Solo. Menurut Kapolres Kartasura AKP Tugiyo, mahasiswi itu naik ke balkon lantai atas, memanjat kursi, lalu melompat tanpa ada yang sempat menghentikannya.

Tim polisi segera memproses lokasi kejadian dan menyatakan tidak ada indikasi penganiayaan atau keterlibatan pihak lain.

Korban sempat dilarikan ke rumah sakit UNS. Kondisinya masih hidup saat dibawa, namun nyawanya tidak tertolong dan meninggal sekitar 30 menit kemudian.

Tubuhnya jatuh dan sempat mengenai salah satu mobil dosen yang terparkir sebelum akhirnya tergeletak di aspal.

Aksi ini bukanlah tindakan spontan. Kapolres Tugiyo menyampaikan bahwa korban sebelumnya pernah mencoba bunuh diri dengan cara serupa—melompat dari gedung—tetapi upayanya berhasil digagalkan oleh rekan-rekannya.

Teman-teman kampus sempat memberi pengertian dan menghalanginya agar tidak melompat.

Kondisi korban disebut mengarah pada gangguan mental, kecemasan, dan keresahan emosional yang memuncak.

Kasus ini mengingatkan betapa rentannya mahasiswa terhadap tekanan akademik, tekanan sosial, masalah pribadi atau psikologis, serta kesepian di lingkungan perantauan.

Banyak mahasiswi dan mahasiswa tinggal jauh dari keluarga, bertahan sendiri, terbebani biaya kuliah atau kehidupan sehari-hari. Bila tidak ada jaringan dukungan mental, titik jenuh bisa muncul.

Baca Juga:  Menggiurkan, Wisata Tersembunyi Puncak Laskar Pelangi di Sukoharjo Jadi Pesona Kecantikan City Light

Kampus, organisasi kemahasiswaan, dan lingkungan sekitar sebenarnya memiliki tanggung jawab besar untuk menyediakan ruang aman bagi mahasiswa yang mengalami tekanan psikologis.

Layanan konseling, psikolog kampus, kelompok pendamping, hingga sistem teman sebaya (peer support) harus benar-benar aktif dan mudah diakses.

Selain itu, pentingnya deteksi dini—mengenali gejala depresi, kecemasan, perilaku menarik diri, penurunan prestasi, atau sinyal bunuh diri—tidak boleh diabaikan. Teman, dosen pembimbing, atau staf kampus bisa menjadi pemerhati awal.

Klinik kesehatan mental eksternal atau hotline juga harus menjadi pilihan yang diketahui luas oleh mahasiswa.

Menyadari bahwa meminta bantuan bukanlah kelemahan, melainkan langkah berani untuk menjaga nyawa dan kesehatan jiwa, sangatlah penting.

Duka mendalam

Pihak kampus UIN Raden Mas Said Solo merespons cepat peristiwa ini dengan menyatakan duka mendalam dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

Mereka juga mengaku telah menyediakan layanan konseling mahasiswa, namun mengakui bahwa efektivitas layanan tersebut masih perlu dievaluasi.

Rektor dan jajaran kampus segera melakukan koordinasi untuk memperkuat sistem pemantauan kesejahteraan mental mahasiswa.

Di sisi lain, keluarga korban menyatakan tidak melihat tanda-tanda mencolok sebelumnya dan mengaku terkejut atas keputusan tragis tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa gangguan psikologis kerap tersembunyi di balik keseharian yang tampak normal.

Tragedi ini menyoroti pentingnya pendidikan kesehatan mental tidak hanya di tingkat perguruan tinggi, tetapi juga sejak SMA atau bahkan lebih awal.

Kematian tragis mahasiswi ini bukan sekadar berita memilukan — ia adalah alarm bagi seluruh sivitas akademika bahwa isu kesehatan mental di kampus tak boleh dianggap remeh.

Kampus harus hadir sebagai ruang yang mendukung dan melindungi, bukan hanya sebagai tempat mencari nilai.

Langkah preventif, edukasi mengenai kesehatan jiwa, serta keterbukaan untuk berbicara tentang beban psikologis harus diperkuat. Semoga kita semua menjadi bagian dari solusi, bukan saksi diam dari tragedi yang bisa dicegah

Baca Juga:  Modus Oplos Bright Gas 3 kg, Bareskrim Polri Tangkap 3 Pelaku