Sukoharjo,diswaysolo.id – Banjir yang melanda lingkungan warga Desa Triyagan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, tidak hanya menimbulkan genangan air — tetapi juga mengungkap bahaya tersembunyi.
Saat warga mencoba membuka selokan agar air bisa mengalir, mereka dikejutkan oleh kemunculan ular sanca kembang sepanjang 3 meter yang bersembunyi di dalam pipa saluran.
Kondisi ini memicu respons cepat dari tim evakuasi untuk menyelamatkan warga dan mengamankan reptil tersebut.
Simak ulasan selengkapnya berikut ini agar kamu tidak ketinggalan informasinya ya!
Ular Sanca
Ketika hujan deras mengguyur kawasan Mojolaban, pekarangan rumah milik seorang warga bernama Lukman tergenang.
Untuk mengembalikan aliran air, ia membuka tutup selokan dengan asumsi ada sumbatan sampah. Namun secara tak terduga, ia malah menemukan ular besar di pipa selokan.
Ular yang terkejut kemudian menyusup lebih dalam ke dalam sistem pembuangan.
Menanggapi hal tersebut, tim rescuer dari Komunitas Exalos Indonesia datang ke lokasi. Mereka melakukan pembongkaran pipa untuk memperluas akses ke ular tersebut dan akhirnya berhasil menarik ulang ular sanca kembang dari persembunyiannya setelah sekitar 1,5 jam proses evakuasi.
Penyembunyian ular di pipa ini memperlihatkan bagaimana binatang besar bisa masuk sistem drainase kota dan menjadi ancaman saat kondisi ekstrem seperti banjir terjadi.
Peristiwa ini menggarisbawahi masalah penting dalam perencanaan drainase dan pengelolaan lingkungan pemukiman: saluran air kota yang buruk atau tidak terawat dapat menjadi “jalur rahasia” bagi fauna liar untuk menyusup ke area pemukiman.
Infrastruktur drainase yang sempit, bergelombang, atau penuh dengan sampah mempermudah hewan seperti ular memanfaatkan celah kecil sebagai tempat berlindung.
Warga Perlu Edukasi
Selanjutnya, kesiapsiagaan masyarakat terhadap kemunculan satwa liar selama musim hujan harus ada peningkatan.
Warga perlu ada edukasi tentang tanda-tanda keberadaan ular (misalnya jejak, suara di dalam selokan) dan cara aman menanganinya (tidak menekan, memberi ruang, lalu menghubungi petugas profesional).
Kerja sama antara dinas lingkungan hidup, petugas pemadam kebakaran, dan tim fauna menjadi esensial agar kejadian serupa bisa ada pencegahan.
Temuan ular sanca sepanjang 3 meter yang bersembunyi di selokan saat banjir ini menegaskan bahwa masalah lingkungan dan kelola air tidak bisa ada pemisahan dari aspek keamanan ekosistem.
Warga harus perlengkapi dengan wawasan dan akses respons cepat terhadap fauna liar. Sedangkan pemerintah dan pengelola kota perlu memperkuat desain drainase dan sistem pengawasan agar drainase tak menjadi “jalur rahasia” ular atau binatang lain ke dalam permukiman.
Semoga kejadian ini menjadi peringatan — dan sekaligus pelajaran — agar mitigasi bahaya alam selalu menjadi bagian dari pembangunan kota.






