DKD-KT MoA dengan Universitas Bamada Slawi, Berharap Kebudayaan Tak Hanya Lestari tapi Jadi Sumber Inovasi

Ketua DKD-KT Firman Haryo Susilo SPsi dan Rektor Universitas Bhamada Slawi Dr Maufur menunjukan hasil penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA), Selasa (1/10).
Ketua DKD-KT Firman Haryo Susilo SPsi dan Rektor Universitas Bhamada Slawi Dr Maufur menunjukan hasil penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA), Selasa (1/10).

Diswaysolo.id – Suasana malam di Universitas Bamada Slawi tampak berbeda, tepatnya Selasa, 1 Oktober 2025. Tak hanya mahasiswa, sejumlah pegiat kebudayaan tampak hadir menuju aula kampus yang berlokasi di Jalan Cut Nyak Dien.

Selain hujan rintik, suasana aula tampak lebih syahdu saat Sanggar Karawitan Sekar Arum pimpinan Ki Sri Widodo mulai menyanyikan lagu ilir-ilir dengan lantunan lantunan musik gamelan.

Tak hanya karawitan, kegiatan tersebut juga tampak meriah saat pelaku  Seni Barongan Tegalan asal Kepandean, Dukuhturi, Kabupaten Tegal unjuk kebolehan.

Suasana dialog menjadi lebih hangat saat moderator Dr Ria Candra memamnggil para narasumber. Yakni Dr Maufur, rektor Universitas Bhamada Slawi; Wahyu Widi, Plt Kabid Kebudayaan Dinas Dikbud Kabupaten Tegal mewakili Plt Kepala Dinas Dikbud; Muarif Esage, koordinator bidang Bahasa DKD-KT.

Ketiga narasumber menyampaikan materi yang tidak lepas dari tema, yakni ”Kolaborasi untuk Kelestarian Bahasa Ibu, Menuju Penelitian yang Berdampak”.

Jalin Kerja Sama

Sebelum dialog kebudayaan mulai, Ketua DKD-KT Firman Haryo Susilo SPsi dan Rektor Universitas Bhamada Slawi Dr Maufur melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA). DKD-KT resmi menjalin kerja sama strategis dalam upaya memajukan kebudayaan sekaligus memperkuat pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kesepakatan tersebut ada landasan berbagai regulasi nasional. Termasuk UU Pemajuan Kebudayaan, UU Cagar Budaya, hingga Peraturan Presiden tentang Strategi Kebudayaan. Kedua pihak berkomitmen menyatukan potensi untuk memperkuat riset, pendidikan, dan pengabdian masyarakat dengan berbasis nilai-nilai budaya lokal.

Usai acara tersebut, Ketua DKD-KT Firman Haryo Susilo mengatakan, kerja sama ini merupakan langkah penting untuk melestarikan, sekaligus mengembangkan potensi kebudayaan dan strategi pemajuan Kebudayaan Tegal. ”Kami ingin kebudayaan tidak hanya lestari, tetapi juga menjadi sumber inovasi dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga:  Warga Tegal Sulap Barang Rongsokan Jadi Robot Bernilai Tinggi

Hasil dari dialog ini, membentuk rumusan langkah strategis perlindungan, pengembangan, pembinaan, dan pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan bahasa dan tradisi lisan. Antara lain, riset dan penyusunan tata bahasa baku bahasa Tegal, seperti pengkajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan parasintaksis bahasa Tegal

Kemudian, pembentukan dan penataan komunitas penutur Bahasa Tegal melalui Ketoprak Cepak Tegal untuk mengisi rutinan Pagelaran di Gedung Rakyat Slawi. Ada pula lomba Karawitan Gagrak Tegal yang inisiasinya dari Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Tegal (DKD-KT).

Selain itu, melakukan akselerasi lomba Dongeng Bahasa Panginyongan untuk Guru TK/PAUD dan SD/Mi/sederajat serta Siswa-siswi SMP/MTs/sederajat kolaborasi DKD-KT dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Kementerian Kebudayaan RI.

”Lomba Dongeng Bahasa Panginyongan pelaksanananya pada 17-18 Oktober 2025, bertempat di Trasa Slawi,” ungkapnya. ”Kami berharap, semoga ikhtiar dan energi positif dalam pembangunan ekosistem kebudayaan yang baik di Kabupaten Tegal mampu terespon positif bukan hanya oleh pemerintah daerah, provinsi, dan pusat tapi juga secara masif oleh seluruh masyarakat Kabupaten Tegal,” imbuhnya.

Keterlibatan Perguruan Tinggi

Sementara itu, Rektor Universitas Bhamada Slawi Dr Maufur menekankan pentingnya keterlibatan perguruan tinggi dalam memajukan budaya. ”Kolaborasi ini membuka ruang riset, pembelajaran, dan pengabdian masyarakat yang berorientasi pada kearifan lokal sekaligus menjawab tantangan global,” katanya.

Kesepakatan ini berlaku selama lima tahun ke depan, dengan evaluasi berkala dan peluang perpanjangan sesuai kebutuhan. ”Dengan sinergi ini, Tegal harapannya tidak hanya menjadi pusat pelestarian tradisi, tetapi juga motor pengembangan inovasi berbasis budaya lokal yang mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional,” harapnya.