Momen Haru di DBL Solo, Siswa Muhi 1 Mengenang Pelatih dan Guru

Surakarta,diswaysolo.id – Pada pertandingan DBL Solo di GOR Sritex Arena, suasana menjadi lebih dari sekadar persaingan olahraga.

Bagi siswa SMA Muhammadiyah 1 Solo (Muhi 1), laga melawan MAN 1 Solo berubah menjadi panggung penghormatan untuk dua sosok penting.

Pelatih basket mereka, Tugimin, dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI), Setyowati, yang baru saja meninggal dunia beberapa hari sebelum pertandingan.

Dengan penuh haru, para murid dan suporter memberikan penghormatan terakhir yang menyentuh hati. Menggambarkan betapa besar pengaruh dua pendidik itu dalam kehidupan mereka.

Momen Haru 

Hari pertandingan yang biasanya penuh semangat berubah menjadi momen refleksi. Begitu suara anthem “Take Me Home” menggema, para pemain basket dari Muhi 1 berdiri sejajar, menghadap tribun penonton.

Mereka berangkulan satu sama lain, mengayunkan badan ke kanan dan ke kiri, menandai rasa kebersamaan yang mendalam.

Penonton mengenakan kaus hitam dan membawa spanduk bertuliskan “Rest in Peace Coach Min dan Bu Setyo” sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Meninggal sebelum pertandingan

Menurut Iwan Wuriyanto, Humas SMA Muhammadiyah 1 Solo, kedua guru tersebut telah berpulang sebelum pertandingan—Coach Tugimin pada 4 September 2025 akibat tekanan darah tinggi, dan Bu Setyowati pada 11 September 2025 setelah operasi gigi.

Keduanya diakui sebagai bagian dari “keluarga besar” sekolah, Coach Tugimin sebagai pelatih basket yang tegas namun bersahabat, dan Bu Setyowati sebagai guru PAI yang sangat disukai siswa.

Penghormatan itu bukan hanya spontan; inisiatif berasal dari para murid sendiri. Mereka adalah bagian dari suporter sekolah yang biasa mendukung tim basket maupun cabang olahraga lainnya.

Fariz Hakim, ketua suporter Muhi 1, menyebut bahwa mereka membuat banner khusus, menyanyikan anthem, serta mengenakan atribut khas hitam sebagai simbol berkabung sekaligus penghormatan.

Baca Juga:  Presiden Prabowo Berencana Memanggil Kepala BGN, Terkait Banyaknya Keracunan MBG di Kalangan Siswa

Suasana ini menjadi momen puncak emosional, karena murid dan pendukung berkumpul untuk mengenang dua figur yang memberikan banyak pengaruh—tidak hanya dalam olahraga, tapi juga dalam pendidikan karakter.

Pengalaman ini menunjukkan bahwa peran guru dan pelatih melampaui batas ruang kelas atau lapangan. Mereka menjadi pilar penting dalam membentuk karakter dan semangat siswa.

Saat prestasi dan kemenangan bisa dilihat jelas, kehilangan sering kali dirasakan lebih dalam dan pribadi.

DBL Solo kali ini bukan hanya ajang olahraga, melainkan panggung penghormatan atas dedikasi, pelajaran, dan kasih sayang yang telah dibagikan oleh dua pendidik yang kini telah tiada.

Semoga kenangan mereka terus menginspirasi generasi Muhi 1 berikutnya