Darurat Literasi Menghantui Pelajar SMP
Ini adalah kondisi di mana kita tidak lagi mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kita lebih mudah percaya pada apa yang memancing emosi kita, bukan pada apa yang logis dan punya bukti.”
Pak Hasan kemudian menjelaskan bahwa ada tiga langkah sederhana untuk melawan darurat ini: Tanya, Analisis, dan Hati-hati.
Tanya: Selalu tanyakan siapa sumbernya dan apa buktinya. Jika sumbernya tidak jelas dan buktinya meragukan, jangan langsung percaya.
Analisis: Pikirkan baik-baik isi informasi itu. Apakah masuk akal? Apakah ada hal yang janggal?
Hati-hati: Jangan buru-buru menyebarkan. Berikan waktu untuk diri sendiri mencari tahu kebenarannya.
Malam itu, Arya tidak lagi menjadi Sang Penyebar Kilat. Ia lebih suka disebut “Sang Detektif Digital.” Sebelum membagikan sesuatu,
ia akan bertanya pada diri sendiri, menganalisis, dan berhati-hati.
Baca juga: Untuk Menghadapi Ujian Sekolah, SMP Negeri 3 Talang Gelar Istighosah Bersama
Ia bahkan membuat sebuah pesan di grup kelasnya untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang terjadi. Beberapa teman awalnya mengejek, namun lama-lama mereka mulai mengerti dan ikut menerapkan jurus yang sama.
Arya menyadari, dalam lautan informasi yang luas, menjadi yang tercepat tidaklah penting. Yang penting adalah menjadi yang paling bijak.
Dan ia percaya, dengan langkah kecil yang ia mulai, ia bisa membantu teman-temannya untuk tidak tersesat di tengah gelombang digital yang tak bertepi.






