Tegal,diswaysolo.id – Brug Abang, Jembatan Tua yang Tak Pernah Bercat Merah, Namun Terkenang Lewat Tragedi Setelah Proklamasi.
Brug Abang merupakan jembatan tua yang membentang di atas Sungai Gung (atau Sungai Kaligung) dekat Bendungan Pesayangan, Desa Pesayangan, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.
Meskipun jembatan ini tidak dicat merah, ia dikenal sebagai “Jembatan Merah” karena tragedi berdarah yang terjadi di dekatnya pada November 1945.
Begitu banyak darah mengalir hingga air sungai berubah merah — sehingga julukan “Brug Abang” pun melekat.
Brug Abang
Pada November 1945, hanya sebulan usai Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, wilayah Tegal dilanda kekacauan oleh gerakan revolusi lokal yang memperjuangkan “kebersihan” pemerintahan dari jejak penjajahan.
Gerakan ini menarget pejabat desa, pamong praja, dan siapa pun yang dianggap melakukan kolaborasi dengan rezim Jepang dan Belanda.
Mereka yang tertangkap diarak ke Brug Abang dalam prosesi mengerikan, diiringi tabuhan tradisional “tombreng‑tombreng” agar suasana semakin mencekam.
Korban eksekusi ini dibuang ke dalam Sungai Gung. Kejadian itulah yang mengubah air sungai menjadi berwarna merah, sehingga masyarakat menyematkan nama Brug Abang (jembatan merah).
Cerita kelam ini terus membekas sebagai pengingat perjuangan yang penuh luka dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia.
Seiring waktu, Brug Abang berubah fungsi: kini di sekitarnya banyak penjaja makanan dan warga berkumpul santai, terutama saat senja atau bulan Ramadan.
Meskipun dulunya menjadi tempat tragedi, sekarang lokasi ini menjadi ruang sosial dan nostalgia lokal.
Akses mobil berat telah dialihkan ke jembatan baru di sebelahnya, agar bangunan lama tetap terjaga sebagai warisan sejarah .
DIbangun 1918 hingga 1921
Catatan sejarah tambahan menyebutkan bahwa Bendungan Pesayangan—yang berada tepat di bawah jembatan—dibangun antara tahun 1918 hingga 1921.
Bendungan ini mendukung pengairan di kawasan sekitar dan hingga kini tetap berfungsi. Struktur jembatan dan bendungan tua ini mendefinisikan identitas Brug Abang sebagai landmark tak tertulis dalam sejarah Tegal modern .
Tidak banyak orang mengetahui kisah nyata di balik nama “Brug Abang”. Bahkan, beberapa generasi sekarang mungkin hanya mengenalnya sebagai titik kuliner malam atau tempat ngabuburit.
Namun, mengunjungi tempat ini dengan perspektif sejarah memungkinkan kita memberi penghormatan pada para korban dan memahami perjuangan lokal dalam bingkai revolusi terbanyak di Indonesia pasca‑merdeka.






