Tegal,diswaysolo.id – Melalui Program DBH CHT, Petani Tembakau Dobrak Ketergantungan dengan Diversifikasi Keterampilan Baru.
Dinas Perindustrian, Transmigrasi dan Tenaga Kerja (Disperintransnaker) Kabupaten Tegal kembali menunjukkan dukungannya terhadap petani tembakau di Kecamatan Bumijawa.
Kali ini, lembaga tersebut menyelenggarakan pelatihan keterampilan kerja bagi kelompok tani dari beberapa desa.
Sebagai bagian dari program Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) di bidang kesejahteraan masyarakat.
Petani Tembakau Bumijawa
Pelatihan selama beberapa minggu ini bertujuan meningkatkan daya ekonomi petani tembakau dengan membuka peluang alternatif melalui keterampilan baru.
Dengan alokasi anggaran dari DBH CHT, dinas menghadirkan inovasi nyata dalam pemberdayaan petani lokal wilayah pertanian Kabupaten Tegal.
Program pelatihan keterampilan kerja oleh dinas ini melibatkan sejumlah kelompok tani dari Kecamatan Bumijawa, seperti Kelompok Tani Gagar Mayang, Muda, dan Bukit Subur dari Desa Guci.
Kegiatan pelatihan ini menggunakan dana bantuan DBH CHT yang khusus alokasinya untuk program kesejahteraan masyarakat.
Pelatihan mencakup bidang tata boga, menjahit, barber shop, dan montir motor. Kemudian memilih untuk menawarkan peluang kerja mandiri maupun usaha tambahan bagi petani.
Pelatihan Selama 20 Hari
Pelaksanaan program ini selama 20 hari, berlangsung dari 18 Juni hingga 11 Juli 2025, dan akan selesai pada 14 Juli di Kantor Desa Guci.
Dalam keterangan resmi, Kepala Bidang Pelatihan, Produktivitas, Penempatan Tenaga Kerja dan Ketransmigrasian Disperintransnaker Kabupaten Tegal Sri Handayani SSos menyebut, pelatihan ini dananya melalui DBH CHT tahun 2025.
Dana sebesar Rp 525.451.800 atau setara 3,6% dari total DBH CHT yang diterima Pemerintah Kabupaten Tegal sebesar Rp 14.627.709.000.
Program ini mencerminkan pendekatan proaktif dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan skill plural.
Para petani sekarang memiliki bekal keterampilan baru yang bisa berkembang secara mandiri. Misalnya membuka meja gelar kantin sederhana di rumah, menerima pesanan katering, atau menyediakan layanan potong rambut dan servis kendaraan ringan bagi warga sekitar.
Lebih jauh lagi, pelatihan seperti ini membuka wacana usaha di pedesaan.
Alih-alih hanya bergantung pada hasil panen tembakau, komoditas yang fluktuatif pasarannya, petani kini memiliki kemampuan mandiri.
Hal ini dapat mereduksi risiko finansial akibat turunnya harga jual, serta memperkuat ketahanan ekonomi keluarga tani.
Tak hanya soal keterampilan teknis, pelatihan juga membangun rasa percaya diri dan jejaring antar peserta.
Kolaborasi antar kelompok tani terbuka untuk dijadikan platform usaha kolektif, seperti kelompok usaha rumahan atau warung kecil. Merasakan efek jangka panjangnya dalam bentuk ekonomi lokal yang lebih resilient.






