Daerah  

“Jepangnya Indonesia” yang Berkembang Jadi Sentra Industri dan Perdagangan

Tegal,diswaysolo.id –  Kabupaten Tegal dikenal luas dengan julukan “Jepangnya Indonesia”, sebuah gelar yang mencerminkan keunggulan daerah ini dalam industri logam dan manufaktur ringan.

Sejak era kolonial Belanda hingga pendudukan Jepang, keahlian penduduk lokal dalam mengolah logam menjadikan Tegal sebagai pusat produksi komponen kapal, peralatan pertanian, onderdil, hingga alat rumah tangga.

Kini, letak geografisnya yang strategis di jalur Pantura dan kedekatannya dengan Jalan Tol Trans‑Jawa menjadikan Kabupaten Tegal tidak hanya unggul dalam sektor industri.

Tetapi juga berkembang menjadi pusat perdagangan dan ekonomi regional yang vital. Simak ulasan selengkapnya berikut ini!

Jepangnya Indonesia 

Julukan tersebut tidak hanya sekadar metafora—melainkan lahir dari kenyataan sejarah dan kemampuan teknis masyarakat Tegal.

Sejak ada Pabrik Logam NV Bara, kemudian terkenal sebagai PT Barata dan NV Nrunger/PT Dwika, sekitar tahun 1918, Tegal telah menjadi pusat perakitan dan penyedia suku cadang penting bagi industri gula, perkapalan, kereta api, dan tekstil.

Saat pendudukan Jepang, pabrik-pabrik ini beralihfungsi mendukung kebutuhan industri perang.

Para pekerja pribumi mendapatkan pelatihan intensif dalam disiplin dan keterampilan teknis, yang kemudian mereka bawa pasca-perang dan terus dikembangkan melalui usaha logam rumahan.

Seiring berakhirnya masa pendudukan Jepang, banyak pekerja yang dirumahkan malah memulai bengkel pengecoran kecil-kecilan.

Kini, pusat-pusat industri keluarga itu tersebar di Desa Tembok Luwung, Kalimati, Pesarean (Adiwerna) dan Desa Pesayangan, Talang, Kebasen (Talang).

IKM logam di Tegal kini cukup signifikan: dari sekitar 29.929 IKM, terdapat sekitar 3.000 yang bergerak di sektor logam.

Beberapa pengrajin seperti Syuud dan Sutanto mampu menghasilkan aksesori sepeda motor, behel, serta komponen logam lainnya dengan kapasitas produksi harian dan omzet menengah yang solid.

Baca Juga:  Masya Allah! Tegal Larut Dalam Lantunan Sholawat Nabi

Pertumbuhan industri telah menjadikan sektor manufaktur menjadi penyumbang utama perekonomian lokal, seiring meningkatnya kebutuhan pasar otomotif nasional.

Produk-produk Tegal kini telah merambah sebagai parts dalam rantai pasok industri nasional.

Ekosistem industri logam di Tegal bukan hanya soal produksi—melainkan juga mencakup distribusi, akses ke bahan baku, hingga kolaborasi dengan perusahaan besar melalui pendampingan dan transfer teknologi.

Letak berbatasan dengan Laut Jawa di utara dan berada di koridor penting Pantura menjadikan Tegal gerbang perdagangan antarwilayah.

Jalur tol Trans‑Jawa dengan akses keluar di Adiwerna dan Tegal memperkuat perannya sebagai simpul logistik strategis.

Selain industri, Tegal juga terkenal dengan fenomena ekonomi kerakyatan, Warung Tegal (Warteg), yang perintisnya oleh komunitas Tegal di perantauan, telah menjadi ikon nasional dan memberi dampak signifikan terhadap perputaran ekonomi daerah asal.

Meski industri dan perdagangan mendominasi, sektor agraris tetap menjadi fondasi ekonomi Kabupaten Tegal. Lahan subur dan sistem agrikultur menghasilkan produk pertanian unggulan.

Wisata agro

Lereng Gunung Slamet, khususnya kawasan Guci, membuka pilot wisata agrowisata dan perkebunan teh yang menarik turis lokal maupun mancanegara.

Kabupaten Tegal berhasil mengukuhkan sebagai Jepangnya Indonesia bukan sekadar karena julukan. Ini semua karena fondasi industri logamnya yang kuat, keterampilan turun-temurun, dan semangat kewirausahaan masyarakatnya.

Dengan posisi geografis yang strategis serta versifikasi sektor ekonom, dari manufaktur, perdagangan, agraria hingga pariwisata, Tegal telah berkembang menjadi daerah yang dinamis dan mandiri secara ekonomi.

Dengan perpaduan semangat tradisi dan kekuatan industri modern, wajar jika Kabupaten Tegal terus menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain dalam mengembangkan potensi lokal yang berkelanjutan.