Daerah  

Rebo Wekasan di Tegal: Tradisi Tahunan Tolak Bala dan Pemersatu Warga

Tegal,diswaysolo.id – Masyarakat Tegal dan Slawi di Jawa Tengah secara turun-temurun merayakan tradisi Rebo Wekasan — istilah Jawa untuk “Rabu terakhir di bulan Safar” — sebagai momen khusus dalam kalender Hijriyah.

Tradisi ini melambangkan upaya kolektif untuk menolak bala, mencegah malapetaka, dan memohon keselamatan bagi komunitas setempat.

Rebo Wekasan bukan sekadar ritual agama, tetapi juga cerminan akulturasi antara ajaran Islam dan kearifan lokal Jawa.

Lewat doa bersama, selamatan, hingga pembagian makanan, tradisi ini menguatkan rasa kebersamaan dan mendekatkan manusia kepada Pencipta, sambil menjaga budaya luhur tetap hidup di kalangan masyarakat Tegal/Slawi.

Rebo Wekasan 

Rebo Wekasan secara harfiah berarti Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriyah.

Masyarakat meyakini hari ini sebagai waktu saat Allah mungkin menurunkan bala berupa penyakit atau musibah, sehingga permohonan perlindungan menjadi sangat penting.

Lewat tradisi ini, mereka menggelar ibadah khusus dan aktivitas sosial sebagai cara memohon keselamatan.

Beberapa riwayat menyebut bahwa tradisi ini berakar dari era Wali Songo dan upaya ulama di Jawa untuk menghadapi wabah dengan tirakat dan doa.

Dalam kitab-kitab klasik juga dijelaskan bahwa pada Rebo Wekasan, banyak bala bisa datang, dan umat dianjurkan meningkatkan ibadah guna menolak marabahaya.

Tradisi ini juga muncul di Gresik seiring waktu, dan berkembang ke Jawa Tengah, termasuk Tegal.

Tradisi di Tegal

Di Kabupaten Tegal, terutama di Sitanjung, Lebaksiu, masyarakat melaksanakan Rebo Wekasan dengan bentuk khusus: zikir berjemaah, tahlilan, salat sunnah tol ak bala, serta selamatan dan pembagian makanan kepada warga.

Kegiatan ini juga berfungsi sebagai momen silaturahmi, memperkuat ikatan komunitas, dan menyebarkan nilai empati dalam kebersamaan.

Rebo Wekasan mengingatkan warga untuk reflektif, waspada, dan saling mendukung saat menghadapi tantangan zaman.

Baca Juga:  Mahasiswa KKN UPS Tegal Bergerak di Wonosobo, Berkolaborasi Dengan Warga Untuk Memajukan Desa

Meskipun kini banyak masyarakat modern merasionalisasi kepercayaan tersebut, tradisi ini tetap hidup sebagai jalinan budaya—menyediakan ruang spiritual dan sosial.

Bahkan, berbagai komunitas kini tetap mengadakan pengajian, doa, dan silaturahmi, menjadikannya elemen identitas budaya yang tetap relevan di tengah modernitas.

Tradisi Rebo Wekasan di Tegal / Slawi bukan sekadar ritual lama, tetapi warisan budaya yang menggabungkan doa, kebersamaan, dan nilai spiritual.

Setiap Rabu terakhir bulan Safar, warga meneguhkan keyakinan: bahwa dengan iman dan gotong royong, mereka bisa menolak bala sambil menjaga harmoni sosial dan spiritual tetap hidup sepanjang masa.