6 Sampai 7 Juta Warga Indonesia Terinfeksi Hepatitis B

Jakarta,diswaysolo.id – Kurang lebih 6–7 juta warga Indonesia saat ini hidup dengan infeksi virus hepatitis B (HBV), sebuah kondisi serius yang masih menjadi tantangan kesehatan nasional.

Angka ini mencerminkan prevalensi sebesar sekitar 7,1 % atau setara dengan 18 juta orang warga Indonesia. 

Penularan virus hepatitis B di Indonesia sangat tinggi, terutama melalui transmisi vertikal dari ibu ke bayi.

Penularan ini menyumbang 90–95 % dari seluruh kasus baru, dengan risiko bayi berkembang menjadi hepatitis kronis hingga 90 –95 %. 

Prevalensi Hepatitis B di Indonesia

Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi HBsAg positif adalah 7,1 % atau setara 18 juta warga Indonesia.

Namun, data terbaru 2023 menunjukkan penurunan signifikan menjadi 2,4 % berkat intervensi strategis pemerintah. 

Penularan terjadi melalui dua mekanisme utama:

  1. Vertikal (ibu ke anak): Sekitar 90 –95 % kasus baru terjadi melalui jalur ini. Bayi yang tertular dari ibu memiliki peluang sebesar 90–95 % untuk berkembang menjadi hepatitis B kronis

  2. Horizontal: Termasuk kontak dengan cairan tubuh seperti darah, air mani, air liur. Faktor risiko mencakup hubungan seksual tanpa kondom, jarum tato atau suntik yang tidak steril, dan prosedur medis melalui jarum suntik bersama.

Infeksi hepatitis B kronis dapat menyebabkan fibrosis hati, sirosis, dan kanker hati primer (hepatoseluler).

WHO memperkirakan lebih dari 257 juta orang hidup dengan infeksi kronis, dan sekitar 887.000 kematian setiap tahunnya terkait komplikasi HBV.

Di Indonesia, sekitar 50 % penderita berisiko menjadi kronis, sekitar 900.000 orang dapat berkembang menjadi kanker hati.

Hepatitis B menjadi salah satu penyebab empat besar kematian tahunan di tanah air, dengan perkiraan kematian mencapai 51.100 jiwa per tahun.

Pemerintah telah menerapkan beberapa strategi penting :

Imunisasi bayi: Dosis pertama diberikan dalam 24 jam kelahiran, lalu lanjutan sesuai jadwal imunisasi nasional sejak 1997/2003. 

Baca Juga:  5 Kebiasaan Positif yang Mengubah Diri untuk Mencapai Kehidupan Berkualitas

Skrining ibu hamil: Pemeriksaan HBsAg dilakukan pada ibu hamil secara luas, melibatkan jutaan ibu setiap tahun.

Bayi yang lahir dari ibu positif mendapatkan HBIG dan vaksinasi awal untuk meminimalkan risiko penularan.

Terapi antivirus pada ibu hamil: Tenofovir disoproxil fumarate diberikan sejak 2022 dan telah diperluas ke ratusan fasilitas kesehatan untuk mencegah transmisi vertikal.

Penguatan surveilans dan skrining kelompok berisiko seperti tenaga kesehatan, donor darah, dan populasi rentan lainnya. 

Panduan Pribadi untuk Mengurangi Risiko

Setiap individu dapat berkontribusi memutus rantai penularan dengan langkah-langkah berikut:

  • Lakukan vaksinasi lengkap hepatitis B, terutama bayi dan orang dewasa yang belum imunisasi.

  • Hindari hubungan seksual berisiko, gunakan kondom jika perlu.

  • Gunakan jarum suntik dan alat tato/tindik yang steril.

  • Tidak berbagi alat pribadi seperti sikat gigi, pisau cukur, atau handuk.

  • Jika ibu hamil, segera lakukan skrining hepatitis B dan jalani perawatan yang direkomendasikan tenaga medis.