Jakarta, diswaysolo.id – Setiap tahun pada 23 Juli, Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN) sebagai bentuk penghormatan terhadap hak dan masa depan anak-anak.
Pada tahun 2025, perayaan hari anak ini memasuki usia ke‑41, menegaskan komitmen kolektif untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak sebagai aset terbesar bangsa.
Tema hari anak 2025 memberikan semangat baru: “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045” dengan tagline “Anak Indonesia Bersaudara”.
Tema hari anak ini menegaskan aspirasi untuk menjadikan anak-anak yang sehat, cerdas, tangguh, dan mampu bersaing, sekaligus menanamkan nilai persatuan di tengah keberagaman.
Sejarah Hari Anak
Sejarah HAN dimulai sejak Kongres Wanita Indonesia (Kowani) tahun 1951 dengan peringatan Pekan Kanak-Kanak. Tanggal peringatan berubah beberapa kali—dari 18 Mei, 1–3 Juli, 1–6 Juni—seiring dinamika politik dan pendidikan.
Puncaknya pada 1979, melalui Undang‑Undang No. 4 tentang Kesejahteraan Anak, diputuskan bahwa HAN diperingati pada 23 Juli, yang kemudian diperkuat oleh Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1984.
Tema utama, “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045”, mengandung makna investasi jangka panjang dalam generasi pewaris bangsa.
Tagline “Anak Indonesia Bersaudara” memperkuat pesan persatuan dan solidaritas anak-anak lintas latar budaya
KemenPPPA juga menetapkan lima sub‑tema strategis:
-
Generasi Emas Bebas Stunting: investasi gizi sejak dini
-
Anak Cerdas Digital: aman dan positif di dunia maya
-
Pendidikan Inklusif untuk Semua: tanpa anak tertinggal
-
Stop Perkawinan Anak: wujudkan impian mereka
-
Anak Terlindungi Menuju Indonesia Emas 2045: hentikan segala bentuk kekerasan
Logo HAN 2025 berbentuk lonjong dan lebih banyak warna merah, putih, dan abu‑abu. Logo ini menampilkan tiga anak—salah satunya penyandang disabilitas—yang memegang bendera Merah Putih.
Tiga anak dengan bendera: simbol inklusivitas, kesetaraan hak, dan harapan yang mendapat dukungan keluarga serta doa.
Warna merah-putih: simbol nasionalisme, optimisme, kreativitas, dan semangat gotong royong anak-anak.
Garis abu‑abu: merefleksikan dinamika kebutuhan anak, menandakan bahwa proteksi dan pemenuhan hak harus ada penyesuaian secara berkelanjutan.
Tahun ini, peringatan HAN tidak hanya pada satu titik, tapi serentak dengan dukungan lintas kementerian atau lembaga.
Rangkaian kegiatan meliputi senam anak, doa lintas agama, lomba kreasi anak, serta dialog interaktif bersama pejabat setempat.
HAN bukan semata seremoni. HAN merupakan panggilan moral bagi negara, masyarakat, dunia usaha, media, hingga keluarga. Semau itu untuk aktif menjamin hak anak-anak.
Upaya nyata seperti gizi optimal, lingkungan digital aman, pendidikan merata, dan perlindungan legal adalah wujud komitmen kolektif menuju “Indonesia Emas 2045”.
Hari Anak Nasional 2025 menghadirkan pesan kuat tentang inklusivitas, persatuan, dan perlindungan anak.
Mulai dari sejarah panjang, tema besar, sub‑tema strategis, hingga logo penuh makna, semuanya mengingatkan kita bahwa membangun anak adalah membangun masa depan Indonesia.
Mari satukan langkah – pemerintah, keluarga, masyarakat – untuk menciptakan lingkungan yang sehat, aman, dan memberdayakan. Sebab, anak hebat hari ini adalah fondasi Indonesia kuat di masa depan.






