JAKARTA, diswaysolo.id – Banjir kembali melanda ibu kota, menyebabkan sejumlah ruas jalan di Jakarta tidak dapat dilalui.
Curah hujan ekstrem selama beberapa hari terakhir memicu banjir mencapai kedalaman antara 30 hingga 50 cm, bahkan beberapa titik melampaui angka 50 cm.
Kondisi banjir ini tidak hanya mengganggu aktivitas warga tetapi juga memaksa pihak kepolisian melakukan rekayasa lalu lintas untuk mencegah kendaraan mogok dan kemacetan parah.
Kendaraan roda dua terpaksa didorong, busway hanya bisa dilalui motor dengan susah payah, sementara mobil besar harus dialihkan ke jalur alternatif.
Dampak terhadap Lalu Lintas dan Warga
1. Tak Bisa Lewati Jalan Yang Tergenang
Sejumlah ruas utama, seperti Jalan Daan Mogot dan Podomoro, mengalami banjir sedalam 40–50 cm. TMC Polda Metro Jaya mencatat adanya mogok kendaraan dan kemacetan parah di titik-titik tersebut.
2. Rekayasa Arus oleh Satlantas
Polisi lalu lintas mengerahkan untuk mengatur ulang arus kendaraan. Di Jakarta Utara, khususnya di kawasan Cakung–Rorotan, petugas menutup jalan utama dan memindahkan kendaraan ke jalur alternatif agar tidak terjebak genangan.
Tingginya permukaan air pada beberapa titik (90–100 cm) membuat jalur tersebut benar-benar tidak bisa dilalui.
3. Gangguan Aktivitas Warga
Selain kendaraan, warga yang bekerja seperti pengemudi ojek online dan pedagang juga kesulitan. Sebuah laporan mengungkap seorang driver ojol terjebak hingga 9 jam di Jalan Boulevard Utara karena tidak ada akses jalan lainnya.
Penyebab: Hujan Ekstrem dan Drainase Tidak Memadai
Intensitas hujan di Jakarta pada akhir Januari mencapai 368 mm dari stasiun Kemayoran, jauh melebihi kapasitas drainase kota yang hanya mampu menampung sekitar 150 mm sehari.
Hal tersebut memperburuk sistem drainase yang belum sepenuhnya optimal. Sebanyak 38 dari 52 polder—sistem retensi air—terbukti belum berfungsi maksimal akibat saluran drainase sempit dan pompa air kurang optimal.
Selain itu, sedimentasi sungai dan penyempitan saluran akibat sampah masih menjadi penghambat besar. Pakar tata kota menyebut pemerintah kota masih belum menjalankan program ekskavasi dan pembersihan sungai secara rutin layaknya era sebelumnya.
Penanggulangan dan Rekayasa Pencegahan
Pemprov DKI bersama Satlantas dan instansi terkait telah menerapkan langkah cepat: menyiagakan pompa air, membuka pintu air secara strategis, serta mengaktifkan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan.
Sementara itu, warga tetap harus tetap waspada dan menghindari area rawan banjir, terutama saat malam dan dini hari.
Banjir yang terjadi di Jakarta kali ini menegaskan bahwa sistem pengendalian banjir saat ini belum mampu mengantisipasi curah hujan ekstrem.
Meskipun cara melakukan penanganan darurat cepat, perbaikan jangka panjang seperti normalisasi sungai, pengerukan saluran, dan optimalisasi polder perlu meningkat.
Selain itu, harus galakkan edukasi publik untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Kota Jakarta membutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk membangun infrastruktur tahan banjir.
Tanpa perbaikan menyeluruh dan pengelolaan sistematis, risiko genangan jalan dan gangguan layanan publik akan tetap mengintai setiap musim hujan tiba.






