Sragen  

Seragam Batik SMA Sragen Dipermasalahkan, Orang Tua Siswa Mengeluh Karena Harganya Tinggi

Seragam Batik SMA Sragen Dipermasalahkan
Salah satu wali murid menunjukkan salah satu contoh seragam batik SMA Sragen yang di permasalahkan

SRAGEN, diswaysolo.id –  Keberadaan seragam batik dengan motif Ceplok Pidekso untuk siswa sekolah menengah atas (SMA) di Sragen pada tahun 2025 telah menimbulkan keluhan dari sejumlah orang tua wali murid karena harganya yang terlalu tinggi. Seragam Batik SMA Sragen.

Batik ceplok untuk SMA ini hanya dapat ditemukan di Pusat Batik Sukowati (PBS) Sragen. Selain itu, terdapat dugaan adanya monopoli antara penyedia bahan dan pihak sekolah yang dianggap membebani masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.

Keluhan ini disampaikan oleh Heru Setyawan, seorang tokoh masyarakat dan mantan Kepala Desa Tegalrejo. Heru mengaku telah menerima banyak aduan langsung dari berbagai kalangan, mulai dari seniman hingga petani.

Salah satu contohnya adalah harga batik yang mencapai Rp 136.500 per potong. “Banyak yang menghubungi saya mengenai harga batik Sukowati yang dirasa memberatkan bagi para wali murid yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah,” ungkap Heru.

Baca Juga:  Pemuda Obesitas dari Sragen Menderita selulitis dilarikan ke RSUD dr. Soeratno

Seragam Batik SMA Sragen Dipermasalahkan

Heru menambahkan bahwa keluhan dari masyarakat di tingkat bawah sudah sangat banyak dan mendesak untuk segera ditanggapi. “Jika bisa lebih murah, mengapa harus memilih yang mahal?

Ini adalah kebutuhan yang tidak hanya untuk saat masuk SMA saja. Mengapa harus disamakan dengan harga pegawai?” keluhnya.

“Dan kain tersebut hanya tersedia di tempat itu saja, sehingga masyarakat tidak memiliki pilihan untuk mencari tempat lain yang lebih terjangkau,” tambahnya.

Menanggapi keluhan ini, Direktur PT. Sragen Trading and Investment (Gentrade) Haryanti yang mengelola PBS Nglangon menjelaskan bahwa harga yang tinggi sebanding dengan kualitas kain.

Memang semakin baik kualitasnya, harga pun semakin tinggi. Kami menggunakan kualitas yang berbeda dari yang ada di pasaran karena kualitas kami lebih baik dan banyak yang mengakui,” jelas Haryanti.

Pihaknya menambahkan, kualitas kain yang baik membuat seragam batik ini tahan lama hingga bertahun-tahun.

”Masyarakat jika kualitasnya baik bahkan bisa bertahan hingga tiga tahun tanpa kerusakan, sehingga banyak yang bercerita dari kakaknya dilanjutkan ke adiknya. Bahkan ada yang lulus sampai dijual karena masih layak,” ujarnya.