diswaysolo.id – Kasus guru yang kesulitan mengatur peserta didik di kelas kini menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Situasi ini semakin mencemaskan karena tak sedikit guru yang memilih bersikap abai terhadap kekacauan di kelas lantaran khawatir tersandung masalah hukum.
Fenomena ini memunculkan keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk praktisi dan pemerhati pendidikan, mengingat dampaknya terhadap kualitas pembelajaran.
Masalah perilaku peserta didik dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Secara eksternal, lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang mendukung dapat menjadi sumber penyebab gangguan emosional pada peserta didik.
Dalam konteks ini, Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) sebagai salah satu pendekatan untuk mengatasi tantangan ini.
Pendekatan PSE dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, termasuk Bahasa Inggris. Salah satu konsep inovatif yang relevan dengan PSE adalah konsep 4H (Heart, Head, Hands, Hugs) yang diperkenalkan oleh Willy Renandya, pakar pendidikan bahasa, dari Nanyang Technological University, Singapura pada AsiaTEFL International Conference 2024 di Thailand.
Konsep ini menekankan pentingnya memperhatikan aspek emosional, kognitif, kinestetik, dan sosial dalam proses pembelajaran untuk menciptakan keterlibatan peserta didik (engaged learning) yang optimal.
Memahami Konsep 4H
1. Heart (Hati)
Komponen ini berfokus pada menciptakan emosi positif dalam pembelajaran dan membangun keterikatan emosional antara guru dan peserta didik. Ketika peserta didik merasa senang, bersemangat, dan bahagia, pembelajaran menjadi pengalaman yang lebih menyenangkan dan bermakna.
Selain itu, aspek Heart juga mencakup pengembangan empati dan semangat untuk belajar. Dengan menciptakan suasana emosional yang positif, peserta didik lebih terdorong untuk berpartisipasi aktif dan memperoleh ilmu dengan cara yang lebih efektif.
2. Head (Pikiran)
Head berkaitan dengan keterlibatan kognitif peserta didik. Pembelajaran yang optimal memerlukan keterlibatan intelektual peserta didik melalui aktivitas yang menantang tetapi relevan.
Guru dapat merancang pembelajaran yang merangsang rasa ingin tahu dan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, serta memahami konsep secara mendalam.
3. Hands (Tangan)
Komponen ini menekankan pentingnya aktivitas fisik dalam pembelajaran. Aktivitas kinestetik, seperti proyek berbasis praktik, permainan edukatif, atau simulasi, membantu peserta didik memahami materi secara lebih konkret.
Hands memungkinkan peserta didik untuk belajar melalui pengalaman langsung, sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan bermakna.
4. Hugs (Pelukan)
Hugs mencakup keterlibatan sosial peserta didik dalam pembelajaran. Dalam konteks ini, peserta didik diajak untuk berinteraksi secara aktif dengan guru maupun teman sekelas.
Hubungan sosial yang positif mendukung pembentukan rasa saling percaya dan kerja sama, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Implementasi 4H dalam Pembelajaran
Menerapkan 4H tidak berarti memberikan peserta didik tugas yang berlebihan sepanjang proses pembelajaran. Sebaliknya, guru harus merancang aktivitas yang menciptakan keterlibatan emosional, kognitif, fisik, dan sosial secara seimbang.
Tujuannya adalah membangun rasa ketertarikan belajar yang berkelanjutan, membentuk kebiasaan belajar yang proaktif, dan mendorong peserta didik untuk terus mengeksplorasi ilmu secara mandiri.
Contohnya, dalam pembelajaran Bahasa Inggris, guru dapat memulai dengan aktivitas yang membangun suasana positif (Heart), seperti berbagi cerita inspiratif. Kemudian, guru melanjutkan dengan kegiatan yang merangsang keterlibatan kognitif (Head), seperti diskusi kelompok tentang topik tertentu.
Untuk aspek Hands, peserta didik dapat diminta membuat proyek kolaboratif, seperti video pendek. Akhirnya, aspek Hugs dapat diwujudkan melalui refleksi kelompok, di mana peserta didik saling memberi umpan balik dan apresiasi.
Dampak Luas Pendekatan 4H
Pendekatan 4H memiliki dampak positif yang signifikan. Ketika semua mata pelajaran di sekolah menerapkan prinsip ini, suasana belajar yang nyaman dan mendukung akan terbentuk.
Lingkungan sekolah yang positif pada akhirnya akan berkontribusi pada pembentukan karakter baik peserta didik, seperti rasa percaya diri, empati, dan tanggung jawab.
Bagi guru yang masih dihadapkan pada tantangan perilaku peserta didik, pendekatan 4H dapat menjadi alternatif solusi yang efektif. Mulailah dari langkah kecil dalam kelas—dari lingkup yang dapat dikendalikan oleh guru.
Dengan memperhatikan aspek Heart, Head, Hands, dan Hugs, guru tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga membantu membentuk generasi peserta didik yang berkarakter baik dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Oleh: Oleh: Noeris Meiristiani, M.Pd.
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Pancasakti Tegal
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Pancasakti Tegal






