diswaysolo.id – Gaya berpakaian merupakan identitas yang mencerminkan karakter individu maupun kelompok. Seiring berjalannya waktu, tren mode terus mengalami perkembangan yang pesat, dipengaruhi oleh globalisasi yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Perubahan dalam gaya berpakaian juga dapat dijelaskan melalui teori siklus perubahan sosial, di mana transisi ini tidak terikat pada batasan antara pola primitif, tradisional, dan modern.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah merasakan dampak dari gaya Korea akibat fenomena Korean Wave yang telah menyebar secara global, terutama dalam aspek mode.
Gaya Korea lebih mudah diterima di Indonesia karena dianggap lebih sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di masyarakat, dibandingkan dengan pengaruh Westernisasi. Saat ini, penyebaran budaya dapat dengan mudah diakses berkat kemajuan teknologi informasi, yang memungkinkan kita untuk mengikuti tren terbaru dari berbagai negara.
Korean Wave adalah fenomena global yang menyebarkan budaya Korea Selatan, yang salah satu sarana penyebarannya adalah melalui drama-drama Korea dan lagu-lagu K-pop yang sangat populer di seluruh dunia. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa gaya berpakaian Korea sangat diminati oleh generasi muda.
Artikel ini akan membahas dampak gelombang Korea terhadap transformasi gaya berpakaian di Indonesia. Mari kita simak dan baca hingga tuntas!
Model dan Gaya Berpakaian ala Korea
Dalam sejarah, masyarakat Korea kuno cenderung mengenakan pakaian berwarna putih yang melambangkan ketenangan.
Namun, saat ini, pria Korea lebih memilih kemeja longgar berukuran besar dan celana santai, sementara wanita lebih suka mengenakan gaun, pakaian off-shoulder, rok, serta busana oversized. Dalam tren mode Korea, kita dapat menemukan pakaian dengan warna-warna cerah seperti pink, salem, dan hijau muda.
Berkembangnya minat terhadap busana Korea membuka peluang kerja baru, di mana beberapa individu memulai usaha thrift (produk bekas) pakaian asal Korea, menawarkan jasa titip pakaian Korea melalui media sosial seperti Instagram, serta menciptakan merek pakaian sendiri yang terinspirasi oleh gaya Korea.
Sebagai contoh, terdapat toko haraskirt yang dapat ditemukan di salah satu platform belanja online, yang berasal dari Bandung dan menjual blouse serta gaun dengan desain bergaya Korea.
Selain itu, ada juga toko herlittlecloset.id yang berlokasi di Jakarta Barat, di mana kita dapat menemukan berbagai jenis blouse bergaya Korea. Peluang ini memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia, namun juga membawa beberapa dampak negatif, antara lain:
1. Mendorong individu untuk menjadi penyalur produk-produk Korea Selatan ketimbang memproduksi dan menjalankan usaha pakaian mereka sendiri.
2. Gelombang budaya Korea (Korean Wave) dapat memicu sikap meniru para idola, mulai dari gaya rambut hingga cara berpakaian, yang berpotensi menumbuhkan sifat konsumtif.
3. Sikap konsumtif dalam berbelanja tanpa pertimbangan yang matang dapat berkontribusi pada inflasi.
4. Produk pakaian lokal menjadi kurang dikenal di pasaran dan kalah bersaing dengan produk luar.
Demikian pembahasan tentang dampak gelombang Korea terhadap transformasi gaya berpakaian di Indonesia. Semoga bermanfaat.