Pasar Triwindu Solo Pemburu Barang Kuno, Pesona Eksotis Barang Antik Terbesar di Surakarta

Pasar Triwindu Solo pemburu barang kuno di Surakarta.
Pasar Triwindu Solo pemburu barang kuno di Surakarta.

SURAKARTA, diswaysolo.id- Pasar Triwindu dikenal sebagai surganya barang antik dibangun tahun 1939, pasar ini merupakan hadiah Gusti Noeroel untuk ayahnya, Mangkunegara VII.

Pasar Triwindu merupakan salah satu ikon wisata kota Solo yang dikenal sebagai pusat penjualan barang-barang antik dan kuno, berbagai barang-barang antik dan kuno dijual di sini cukup beragam.

Pasar Triwindu yang terletak di Jalan Diponegoro, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, bukan sekadar pasar biasa. Pasar Triwindu merupakan sebuah pasar di Kota Solo yang penuh dengan barang-barang jadul, unik, dan antik Anda bisa menemukan barang-barang lawas yang memberikan nuansa vintage nan retro di pasar tersebut.

Berikut fakta menarik Pasar Triwindu:

1.Lokasi

Tempat ini terletak di Jalan Gatot Subroto, Keprabon, Kecamatan Banjarsari itu memiliki dua lantai dengan bentuk bangunan yang memiliki sentuhan retro dan jadul yang memukau.

Lantai pertama digunakan untuk pedagang berjualan, sedangkan lantai dua digunakan untuk jualan dan gudang penyimpanan produk pedagang.

2.Barang Beragam

Barang-barang yang dijual di pasar tersebut sangatlah beragam, seperti patung wayang, piring-piring antik, lampu gantung nan indah, topeng-topeng yang unik, dan masih banyak lagi.

Namun kini Pasar ini tak hanya didatangi para pemburu barang antik, wisata pasar ini juga menjadi buruan para remaja Solo lantaran lokasinya yang estetik dan Instagramable.

3.Harga Terjangkau

Barang-barang antik dan kuno yang dijual di pasar berlokasi di Jalan Diponegoro Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Solo harganya bervariasi.

Mulai harga termurah dari ribuan, ratusan ribu hingga puluhan juga rupiah, para pembeli yang datang ke pasar ini sebagian besar para pelancong yang hobi mengkoleksi barang-barang antik dan kuno.

4.Jam Operasional

Pusat barang antik ini buka dari pukul 09.00 – 17.00 WIB, pasar ini sampai sekarang masih menjadi primadona dan pilihan bagi para kolektor yang ingin mencari barang-barang antik dan kuno.

Baca Juga:  Jokowi: Hormati Deklarasi PB XIV, Suksesi Keraton Solo Urusan Internal

Mereka datang tidak hanya dari penjuru daerah di Indonesia, tetapi ada juga dari kolektor mancanegara (luar negeri). Seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Belanda dan lainnya.

5.Asal-Usul

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu Dodi Sudarsono menyampaikan, lahan yang digunakan sebagai Pasar Triwindu awalnya difungsikan sebagai alun-alun Mangkunegaran.

Tahun 1939 Raja Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara VII membangun pasar sebagai kado ulang tahun ke 24 tahun Gusti Putri Mangkunegara VII bernama Noeroel Kamaril.

6.Kolektor Mancanegara

Tempat ini memiliki dua lantai dengan jumlah pedagang ada 200an pedagang,selain tujuan kolektor barang antik dan kuno, Pasar barang antik ini juga menjadi tujuan wisata.

Barang antik atau kuno yang dibeli kebanyakan keris, patung, dan arca pembelinya adalah kolektor dari Belanda, Inggris dan Australia.

6.Wisata Edukasi

Tempat barang kuno ini juga menjadi destinasi edukatif bagi para pelajar dan mahasiswa yang tertarik mempelajari sejarah dan budaya Jawa.

Banyak sekolah dan universitas yang mengadakan kunjungan studi ke pasar ini sebagai bagian dari program pendidikan mereka,  diharapkan terus menjadi ikon budaya Kota Solo dan destinasi wisata yang wajib dikunjungi.

7.Satu-Satunya Pasar Antik

Penjual barang antik tidak hanya di Surakarta, di berbagai daerah maupun kota tentunya terdapat pedagang barang antik dan konsep tempat membedakan Pasar Triwindu dan pasar antik lainnya.

Pusat barang antik ini berupa sekumpulan kios-kios  di satu tempat pasar lain misalnya pasar antik di Menteng, Jakarta, berupa pertokoan pinggir jalan.

8.Usaha Turun Temurun

Jajaran kios di Pasar Triwindu ternyata sudah dikelola oleh generasi lanjutan, misalnya Komet (39) merupakan generasi ketiga dari keluarganya dan ia berjualan sejak 2002.

Sekitar 90 persen pedagang berasal dari generasi lanjutan keluarganya, sementara 10 persen sisanya pedagang baru pasar ini memberikan daya tarik kepada wisatawan mancanegara dan menjadi tujuan wisata budaya kebendaan di Solo.