diswaysolo.id – Tahok adalah salah satu kuliner tradisional khas Solo yang terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasanya yang unik. Hidangan ini terbuat dari sari kedelai yang diolah menjadi tofu lembut, disajikan dalam kuah manis beraroma jahe. Kuliner ini sering disajikan hangat dan menjadi salah satu pilihan sarapan atau camilan pagi yang digemari oleh masyarakat Solo, terutama karena sensasi hangat yang menghangatkan tubuh, sangat cocok dinikmati saat pagi yang sejuk.
Proses pembuatan Tahok dimulai dengan merendam kedelai, kemudian menghaluskannya menjadi sari kedelai yang kental. Sari kedelai ini kemudian dimasak dengan menggunakan koagulan khusus, seperti bubuk gipsum atau larutan air daun jati, untuk menghasilkan tekstur yang sangat lembut dan halus.
Proses ini mirip dengan pembuatan tahu, namun teksturnya jauh lebih lembut, sehingga kuliner ini sering disebut sebagai “tahu lembut” yang meleleh di mulut. Kuah jahe pada Tahok menjadi komponen yang penting dalam kuliner ini. Jahe segar yang diolah bersama gula merah memberikan rasa manis dan hangat yang berpadu sempurna dengan kelembutan kuliner ini.
Kuah jahe ini memiliki aroma khas yang menambah kesegaran saat diseruput. Bagi masyarakat Solo, kuah jahe tak hanya memberikan rasa, tetapi juga dipercaya memiliki khasiat untuk menghangatkan badan dan membantu melancarkan peredaran darah.
Tahok khas Solo juga dikenal sebagai kuliner yang sehat karena bahan-bahannya yang alami dan rendah lemak. Kandungan protein dari kedelai dalam tahok sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian, terutama bagi mereka yang menghindari produk hewani. Kombinasi antara protein kedelai dan jahe dalam kuliner ini menjadikannya pilihan tepat bagi siapa saja yang mencari camilan sehat dan lezat.
Dikenalkan komunitas Tionghoa
Kuliner Tahok ini awalnya diperkenalkan oleh komunitas Tionghoa di Solo. Hidangan ini adalah adaptasi dari kuliner Tiongkok yang disebut “douhua,” yang merupakan sajian serupa dari tofu lembut dalam kuah manis. Meskipun memiliki akar budaya Tionghoa, kuliner ini berhasil beradaptasi dengan cita rasa lokal Solo, terutama dalam hal penggunaan jahe dan gula merah yang memberikan rasa tradisional Jawa yang khas.
Tahok biasanya dijual oleh pedagang keliling di Solo yang berkeliling menggunakan gerobak kecil. Biasanya, penjual tahok akan mulai berjualan dari pagi hingga menjelang siang. Suara khas penjual kuliner ini yang memanggil dagangannya dengan cara unik sering kali menjadi panggilan bagi warga Solo untuk menikmati tahok. Keberadaan pedagang keliling ini turut menjaga kelestarian tahok di tengah perkembangan kuliner modern di Solo.
Bagi masyarakat Solo, kuliner ini bukan sekadar camilan, tetapi juga bagian dari memori dan tradisi yang sudah berlangsung lama. Banyak orang yang mengenang masa kecil mereka dengan Tahok, yang sering dinikmati bersama keluarga di pagi hari. Hingga kini, tahok tetap menjadi hidangan nostalgia yang dicari, terutama oleh generasi yang tumbuh dengan kehadiran kuliner ini.
Meskipun tradisional, Tahok kini juga mulai masuk ke berbagai kafe dan restoran di Solo dengan variasi penyajian yang lebih modern. Beberapa tempat menyajikan tahok dalam mangkuk kecil dengan tambahan topping, seperti kacang hijau, kelapa muda, atau bahkan buah-buahan segar. Inovasi ini membuat kuliner ini menjadi lebih menarik bagi generasi muda yang mungkin belum familiar dengan kuliner tradisional ini.
Di tengah banyaknya pilihan kuliner modern, Tahok berhasil mempertahankan popularitasnya karena cita rasa dan manfaat kesehatannya. Selain itu, harganya yang terjangkau membuat tahok tetap menjadi pilihan favorit masyarakat Solo dari berbagai kalangan. Dengan porsinya yang pas dan rasa yang lezat, tahok memberikan kepuasan sederhana yang khas, dan selalu berhasil membawa rasa hangat bagi yang menikmatinya.
Keberadaan Tahok menjadi bagian dari kekayaan kuliner Solo yang patut dijaga dan dilestarikan, kuliner ini mencerminkan akulturasi budaya antara tradisi Tionghoa dan Jawa yang harmonis dalam bentuk sajian lezat.






