Masjid Agung Surakarta Sejarah dalam Balutan Keindahan, Pusaka Tak Ternilai

Masjid Agung Surakarta merupakan sejarah dalam balutan keindahan.
Masjid Agung Surakarta merupakan sejarah dalam balutan keindahan.

SURAKARTA, diswaysolo.id – Masjid Agung Surakarta adalah peninggalan Kerajaan Mataram, memiliki beberapa kriteria, di antaranya, terletak dekat Keraton sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja, alun-alun sebagai pusat aktivitas masyarakat, dan pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi.

Masjid Agung Surakarta merupakan masjid yang sarat dengan makna sejarah, keberadaan masjid bersejarah ini tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat.

keunikan dari Masjid Agung Surakarta ini sebenarnya baru saya ketahui setelah mengikuti acara walking tour bersama teman – teman dari Laku Lampah.

Kawasan Masjid Agung Surakarta telah menjadi destinasi wisata populer dan memikat baik para wisatawan muslim maupun nonmuslim, masjid ini terletak dekat dengan Alun Alun Utara, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dan Pasar Klewer.

Berikuti informasi lengkap masjid agung Surakarta:

1.Sejarah

Pembangunan masjid dimulai pada pemerintahan Pakubuwono III pada tahun 1757, bermula beberapa tahun setelah Kerajaan Mataram Islam pindah ke Surakarta pada tahun 1745 pada masa Pakubuwono II.

Sejak itu melalui berbagai era pemerintahan, masjid ini mengalami berbagai renovasi dan penambahan, termasuk pembangunan Menara Masjid pada tahun 1928 oleh Pakubuwono X.

2.Arsitektur 

Masjid yang dibangun pada era Paku Buwono III ini mendapat pengaruh gaya arsitektur Jawa Kuno dan Belanda, penggunaan bahan kayu pada beberapa bagian masjid tampak mendominasi.

Secara keseluruhan bangunan berbentuk tajug dengan atap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (kubah), makna tajug bertumpang tiga tersebut adalah pokok-pokok tuntunan Islam, yakni iman, Islam, dan ihsan.

3.Menara

Dengan tinggi 33 meter, menara yang terinspirasi dari arsitektur Qutub Minar di India ini masih kokoh berdiri meskipun sudah berusia 90 tahun.

Dibangun pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana X di tahun 1928, menara yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan saat memasuki waktu sholat ini dan ternyata memiliki 8 pengeras suara yang dipasang mengelilingi dek pandang di bagian paling atas menara.

Baca Juga:  Intip Boniyem, Camilan Tradisional Yang Legendaris asal Solo

4.Ada Pagongan 

Sebuah bangunan mirip pendapa yang berada di sisi utara dan selatan masjid, Fungsi dari Pagongan itu sendiri adalah untuk meletakkan gamelan kraton sebagai tanda dimulainya perayaan Sekaten.

5.Ada jam istiwa’

Di sisi sebelah selatan –tepatnya di depan kantor takmir masjid agung surakarta terdapat sebuah jam istiwa’, jam yang berdiri di atas tugu setinggi 150 cm ini terdiri dari dua bagian, yaitu sebuah besi perak yang berdiri tegak serta satu busur cekung yang terbuat dari tembaga.

Sementara bayangan dari jarum di atas busur cekung yang dilengkapi dengan angka 1 hingga 12, berfungsi untuk menunjukkan perkiraan pukul berapa waktu dhuhur saat itu.

6.Kampung Gedang Selirang

Anda diajak untuk memasuki semacam kompleks perumahan yang tidak terlalu luas, bernama Kampung Gedang Selirang, kampung Gedang Selirang menjadi sebuah kompleks yang di dalamnya terdapat (sekitar) 10 rumah, yang dihuni khusus oleh para abdi dalem yang mengurusi Masjid ini.

7.Ada prasasti

Berbeda dengan 4 hal unik yang sudah saya sebutkan sebelumnya, dimana keempat – empatnya berada di luar bangunan masjid agung Surakarta ini untuk prasati keramik dan batu bata ini, lokasinya berada di dalam dan lebih tepatnya berada di pojok selatan – sebelah timur.