SURAKARTA, diswaysolo.id – Sejarah Loji Gandrung Solo tak kalah menarik untuk dibahas, loji Gandrung merupakan rumah dinas Wali Kota Solo yang sejarahnya dibangun sejak tahun 1830 silam.
Surakarta merupakan salah satu kota terbaik di Indonesia yang menyimpan banyak sekali situs sejarah yang harus diselestarikan, salah satunya adalah situs Loji Gandrung yang merupakan rumah atau kediaman dari Sultan Surakarta saat ini.
Loji Gandrung akan menjadi salah satu tempat yang menjadi perhatian publik saat pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono di Kota Solo.
Loji Gandrung terletak di Jalan Brigjen Slamet Riyadi Nomor 261, Kelurahan Penumping, Laweyan, Surakarta dan bangunan ini berusia lebih dari 100 tahun dan mempertahankan gaya Eropa neoklasik yang kuat.
Berikut fakta unik Loji Gandrung:
1.Menara
Pada bagian atasnya terdapat ciri berupa menara indah berupa kaca patri dengan lambang kota Surakarta, nada juga ruangan yang dihiasi sulur.
Bangunan ini memiliki luas tanah 6.259 meter persegi dan luas bangunan 842.5182 meter persegi dan ada ruangan di depan, setelah balkon dan ruangan di sebelah kiri adalah ruang konferensi.
2.Kamar Presiden
Sedangkan kamar sebelah kanan terdapat tempat tidur yang disebut dengan “Kamar Soekarno”. Sebab, ruangan ini sering digunakan Presiden Soekarno.
Ada beberapa benda di kamar Soekarno, salah satunya piano dan memiliki dua paviliun arsitektur, sayap barat adalah kantor staf, dan sayap timur adalah tempat penerimaan pengunjung.
3.Sejarah
Bangunan ini pernah menjadi rumah seorang pengusaha gula, menurut ahli Sejarawan Solo yang juga dosen program studi sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, bernama Susanto dan pria keturunan Belanda itu bernama Johannes Augustinus Dezentje.
Ayah dari Agustinus, August Jan Caspar, adalah seorang perwira tentara kolonial Belanda, keluarga Dezentje mempunyai hubungan baik dengan penguasa kolonial Belanda dan Keraton Kasunanan di Surakarta.
4.Asal-Usul Nama
Masyarakat kini paham bahwa nama Loji Gandrung diambil dari aktivitas sosial para elite Eropa yang bercirikan pesta-pesta yang melibatkan makan, minum, dan menari.
Tindakan ini dianggap mengartikan seseorang “gandrung” atau jatuh cinta dan oleh karena itu, secara harfiah diartikan sebagai rumah kolonial (Loji) yang digunakan untuk bersenang-senang (Gandrung).
5.Dibangun Pedagang Belanda
Loji Gandrung tak bisa dipisahkan dari bagian sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kehadirannya kini tak hanya menjadi ikon Kota Solo, namun juga menjadi simbol kekuasaan.
Dari catatan Pemkot Solo, Loji Gandrung berdiri di atas tanah seluas 6.295 meter persegi yang berlokasi di Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan.
6.Patung Jenderal Gatot Subroto
Sebagai peringatan akan peristiwa Jenderal Gatot Subroto menumpas pemberontakan PKI/Muso dari Loji pada tanggal 18 September 1948. Pada zaman kolonial, Loji ini digunakan sebagai tempat kediaman pejabat Pemerintah Belanda, sedangkan saat ini digunakan sebagai tempat kediaman Wali Kota Solo. Peralihan itu sejak kemerdekaan Indonesia.
7.Tempat Sosialisasi
Nama Loji Gandrung dipahami khalayak karena kegiatan sosialisasi kalangan elite Eropa yang diwarnai dengan pesta makan, minum dan berdansa.
Dengan demikian menyerupai orang yang sedang gandrung atau adegan jatuh cinta dalam kajian seni pertunjukan tradisional Jawa, kegemaran orang-orang Eropa khususnya dari kalangan pengusaha dan profesional swasta untuk melakukan pesta-pesta seperti ini merebak sejak awal abad ke-20.






