Klaten  

Mengenal Lebih Dekat Keunikan Tradisi Yaqowiyu, Festival Penyebaran Kue Apem Klaten

Keunikan Tradisi Yaqowiyu yang menjadi festival penyebaran kue apem Klaten.
Keunikan Tradisi Yaqowiyu yang menjadi festival penyebaran kue apem Klaten.

KLATEN, diswaysolo.id- Tradisi yaqowiyu ini dilakukan oleh masyarakat Mataram sejak mengikuti penanggalan Jawa sebelum 1633 Masehi, masyarakat Jawa menggunakan kalender berdasar pergerakan matahari (masehi).

Tradisi yaqowiyu ini merupakan festival yang diadakan setiap bulan Sapar di Jatinom klaten, ciri khasnya adalah penyebaran kue apem yang terbuat dari tepung beras.

Tradisi yaqowiyu ini merupakan jajanan tradisional yang hingga kini masih digemari oleh banyak orang, khususnya masyarakat Jawa, tetapi juga menyimpan nilai budaya dan sejarah yang menarik.

Ribuan warga dari berbagai daerah ikut memeriahkan tradisi yaqowiyu, lebih dari enam ton apem dibagikan dalam tradisi sebaran apem tersebut.

Berikut informasi lengkap tradisi Yaqowiyu:

1.Lokasi

Puncak tradisi tersebut dilaksanakan usai salat Jumat di Masjid Gedhe Jatinom yang berada di kompleks Makam Ki Ageng Gribig usai salat Jumat, dua gunungan apem yang sebelumnya telah diinapkan di area masjid dibawa turun ke panggung utama Alun-alun Plampeyan.

Konon kue ini dibawa oleh seorang ulama yang hidup pada zaman kerajaan Mataram dan merupakan penyebar agama Islam di daerah Jatinom Klaten bernama Ki Ageng Gribig.

2.Bulan Safar

Tradisi ini telah dilakukan sejak zaman Kerajaan Mataram dan diadakan setiap bulan Safar, antara tanggal 12 sampai dengan 18, pada hari Jumat.

Bulan Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan Jawa, pada hari Kamis apem yang digunakan untuk upacara adat disusun dalam dua gunungan besar.

3.Dua Pegunungan

Kedua gunungan kemudian diarak menuju Masjid Ageng Jatinom, disemayamkan semalam di Masjid Ageng Jatinom dan dibacakan doa-doa, selesai salat Jumat apem disebar dari atas panggung.

Selain apem pada gunungan, disebar pula ribuan apem lain yang diserahkan oleh masyarakat dan ribuan orang yang menghadiri acara ini akan berebut apem tersebut.

Baca Juga:  Nasi Khas Klaten yang Sederhana tetapi Memiliki Rasa yang Nikmat

4.Enam Ton Apem

Lebih dari 6 ton apem dibagikan dalam tradisi sebaran apem tersebut, apem tersebut merupakan sumbangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten dan masyarakat, khususnya warga Jatinom.

5.Kerajaan Mataram

Tradisi yaqowiyu ini berkembang sejak zaman Mataram Islam, yang diadakan untuk mengenang jasa besar Ki Ageng Gribig, salah satu penyebar agama Islam di jatinom Klaten pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Dalam perspektif kesejarahan, upacara ini pertama kali berbentuk majelis pengajian yang dikunjungi oleh umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom.

6.Beragam Pengunjung

Pengunjung datang dari pelbagai pelosok daerah Jawa seperti Semarang, Demak, Muntilan, Salatiga dan daerah-daerah lain dan ritual ini tidak dihilangkan oleh ulama/mubaligh tetapi dibiarkan berlanjut dengan diisi dan diwarnai dengan unsur-unsur Islam.

Keunikan Saparan adalah penyebaran kue apem pada saat puncak acara, yaitu sebuah kue bundar dari tepung beras dengan potongan kelapa di tengahnya.

7.Asal Usul

Tradisi yaqowiyu ini merupakan sebuah tradisi yang kali pertama diperkenalkan oleh Ki Ageng Gribig, Ki Ageng Gribig adalah ulama besar di daerah Klaten dan sekitarnya yang berperan menyebarkan Islam.

Tradisi Yaqowiyu bermula ketika Ki Ageng Gribig pulang dari menunaikan ibadah Haji, ki Ageng Gribig membawa oleh-oleh berupa kue apem dan akan dibagikan kepada saudara, murid, dan tetangganya.

Sejak 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ki Ageng Gribig selalu membagi-bagikan apem kepada orang-orang di sekitarnya dan mulai saat itulah, Ki Ageng Gribig mengamanatkan kepada masyarakat Jatinom, Klaten, untuk memasak sesuatu sebagai sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan.