Klaten  

Tradisi Yaqowiyu, Warisan Budaya Masyarakat Klaten

Tradisi Yaqowiyu merupakan warisan budaya dengan cara pembagian ratusan bahkan ribuan kue apem.
Tradisi Yaqowiyu merupakan warisan budaya dengan cara pembagian ratusan bahkan ribuan kue apem.

KLATEN, diswaysolo.id – Tradisi Yaqowiyu adalah salah satu warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Klaten, khususnya di Desa Jatinom. Tradisi ini digelar setiap tahun pada bulan Sapar, bulan kedua dalam kalender Jawa, untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig, seorang tokoh penyebar agama Islam di wilayah Jatinom pada abad ke-16.

Ki Ageng Gribig dipercaya sebagai cucu dari Sunan Kalijaga, yang merupakan salah satu dari Wali Songo, para ulama penyebar agama Islam di tanah Jawa. Tradisi ini tidak hanya menarik masyarakat lokal, tetapi juga menarik pengunjung dari berbagai daerah karena memiliki nilai spiritual dan budaya yang kuat.

Tradisi Yaqowiyu memiliki ciri khas yang membuatnya unik, yaitu pembagian kue apem kepada masyarakat. Kue apem dalam tradisi ini memiliki makna yang sangat simbolis. Apem, yang dalam bahasa Arab berasal dari kata “afwan” atau “afwun”, berarti permohonan maaf.

Karena itu, pembagian kue apem ini diartikan sebagai ajakan untuk saling memaafkan dan membersihkan diri dari dosa-dosa. Ribuan kue apem dibagikan kepada masyarakat yang hadir sebagai lambang berkah dan pengampunan.

Sebelum puncak acara pembagian apem ada serangkaian prosesi yang dilakukan, Tradisi Yaqowiyu dimulai dengan kenduri atau syukuran yang dilakukan di Masjid Besar Jatinom. Dalam acara kenduri ini, berbagai hidangan tradisional disajikan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas segala berkah yang telah diberikan.

Kenduri dihadiri oleh tokoh-tokoh agama, pejabat setempat, dan masyarakat umum. Mereka bersama-sama berdoa untuk keselamatan, keberkahan, dan kemakmuran masyarakat.

Prosesi kirab apem

Setelah acara kenduri, dilakukan prosesi Kirab Apem dan kirab Tradisi Yaqowiyu ini melibatkan ratusan peserta yang membawa kue apem dalam jumlah besar. Apem-apem ini ditempatkan di dalam wadah besar yang dihias dengan cantik dan diarak keliling desa.

Baca Juga:  Kecelakaan Tunggal di Jalan Jogja-Solo: Truk Muatan Galon Air Mineral Terguling

Prosesi kirab ini diiringi oleh alunan musik tradisional, seperti gamelan, serta tarian-tarian khas Jawa. Warga sekitar dan para pengunjung berbondong-bondong mengikuti kirab ini hingga mencapai lokasi utama pembagian apem, yaitu di halaman Masjid Besar Jatinom.

Puncak acara Tradisi Yaqowiyu adalah saat pembagian apem yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Apem-apem yang sebelumnya diarak dalam kirab kemudian dilemparkan ke kerumunan masyarakat oleh para sesepuh desa dan pejabat yang hadir. Momen ini menjadi sangat meriah karena masyarakat berusaha menangkap kue apem sebanyak mungkin. Ada keyakinan bahwa kue apem ini membawa berkah, sehingga banyak yang ingin mendapatkannya untuk dikonsumsi atau disimpan.

Tradisi Yaqowiyu bukan hanya sekadar acara bagi-bagi kue apem, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang dalam. Bagi masyarakat Jatinom, Yaqowiyu adalah bentuk penghormatan kepada leluhur, khususnya Ki Ageng Gribig, yang telah berjasa dalam penyebaran Islam di wilayah tersebut.

Ki Ageng Gribig dikenal sebagai ulama yang bijaksana dan berperan besar dalam menyatukan masyarakat melalui ajaran Islam yang damai.

Selain aspek spiritual, Yaqowiyu juga memiliki nilai budaya yang kaya. Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan diwariskan secara turun-temurun.

Banyak elemen tradisional yang tetap dipertahankan, seperti penggunaan pakaian adat oleh para peserta kirab, alunan musik gamelan, serta tarian-tarian tradisional. Hal ini menunjukkan betapa tradisi ini mampu bertahan di tengah perkembangan zaman, sekaligus menjadi sarana untuk melestarikan kebudayaan Jawa.

Pemerintah Kabupaten Klaten pun sangat mendukung pelestarian Tradisi Yaqowiyu. Mereka melihat tradisi ini sebagai salah satu aset budaya yang bisa memperkuat identitas daerah dan meningkatkan sektor pariwisata. Selain itu, tradisi ini juga berperan dalam menjaga kekompakan dan kebersamaan masyarakat, karena persiapan acara melibatkan banyak pihak dari berbagai kalangan.

Baca Juga:  Tengkleng Kepala Kambing Jadi Makanan Khas Klaten

Tradisi Yaqowiyu tidak hanya menjadi bagian dari sejarah dan budaya Klaten, tetapi juga menjadi simbol kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya saling berbagi, memaafkan, dan menjaga kebersamaan.