BOYOLALI, diswaysolo.id - Nama Londonsari di Boyolali, Jawa Tengah, ternyata tidak hanya terinspirasi dari kota London di Inggris. Di Desa Jombong, Kecamatan Cepogo, terdapat dukuh yang dikenal dengan nama tersebut.
Masyarakat setempat menyebutnya "Klondon", dan dukuh ini terletak di lereng Gunung Bibi dengan akses jalan yang cukup menanjak. Londonsari merupakan dukuh tertinggi di Desa Jombong.
Menariknya, asal usul nama Londonsari tidak berkaitan dengan Kota London, melainkan memiliki latar belakang yang cukup tragis.
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai Dukuh Londonsari di Cepogo Boyolali, yang meskipun namanya mirip dengan kota besar tersebut, menyimpan sejarah yang penting untuk diketahui. Berdasarkan informasi dari Solopos.com, mari kita simak bersama hingga tuntas!
Salah satu tokoh masyarakat Desa Jombong, Tri Kartono, menjelaskan bahwa banyak orang beranggapan nama Londonsari berasal dari masa penjajahan Belanda atau istilah Londo.
Namun, sebelum kedatangan Belanda yang menguasai perkebunan di daerah tersebut, Dukuh London sudah ada.
Menurut cerita yang diwariskan secara turun-temurun, pada masa lalu ketika lereng Gunung Bibi masih dipenuhi hutan, terdapat tiga keluarga yang tinggal di bagian atas Dukuh Londonsari. Suatu ketika, salah satu anak dari keluarga tersebut meninggal dunia saat musim kemarau.
Ketika akan memandikan jenazah, warga mencari sumber air dan menemukan sebuah cekungan yang berisi sekitar lima liter air. "Anak yang meninggal kemudian dimandikan di cekungan itu.
Airnya tercampur dengan abu. Air tersebut dikenal oleh masyarakat setempat sebagai banyu londo dan hanya cukup untuk memandikan jenazah," ujarnya saat ditemui di Londonsari.
Setelah proses pemandian, tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang melanda. Akibatnya, pemakaman jenazah ditunda hingga hujan reda.
Keesokan harinya, saat akan dikebumikan, jasad anak tersebut hilang dan tidak ada yang dapat menemukannya. Kemudian, muncul sosok yang mengaku sebagai penunggu cekungan air bernama Mbok Siti Sundari.
Ia menyatakan bahwa dirinya adalah penguasa cekungan tersebut dan meminta warga untuk tidak mencari jenazah anak itu karena sudah dijadikan pengawalnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari tindakan memandikan jenazah di cekungan air yang dianggap sakral.
Selain itu, Mbok Siti Sundari juga menyampaikan bahwa jika warga memiliki keinginan, mereka disarankan untuk bertapa di Goa Poleng yang terletak di sekitar tebing.
Diceritakan bahwa penunggu di Goa Poleng adalah anaknya yang bernama Kiai Pejajaran dan Nyai Pejajaran.
"Dia juga mengatakan bahwa jika suatu saat tempat ini berkembang menjadi permukiman, maka akan dinamakan London," tambahnya. Saat ini, lokasi Dukuh London berada di tebing yang rawan longsor.
Ratusan tahun yang lalu, lokasi Dukuh London dianggap berbahaya, sehingga beberapa warga memutuskan untuk relokasi ke permukaan yang kini dihuni masyarakat pada tahun 1930.
Pada waktu itu, hanya keluarga Temejo Wiguno dan sekitar tujuh kepala keluarga lainnya yang pindah ke area bawah Dukuh London.
Ketika mereka pindah, lokasi tersebut masih berupa kebun dan belum menjadi permukiman, serta berada di bawah kekuasaan Belanda. Akibatnya, beberapa warga yang merasa tidak nyaman memilih untuk kembali tinggal di bagian atas.
Pada tahun 1950, terjadi longsor di bagian atas Dukuh London, yang memaksa seluruh warga untuk pindah ke bagian bawah.
"Setelah terbentuk permukiman baru di bawah, biasanya nama dukuh yang baru dipadukan dengan kata Sari, sehingga menjadi Londonsari," ungkap seorang pria berusia 60 tahun tersebut.
Saat ini, terdapat sekitar 140 warga dari 40 keluarga yang tinggal di Dukuh Londonsari, Desa Jombong, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
Di sebelah barat Dukuh London terdapat Gunung Bibi, sementara di selatan terdapat jurang besar Kledok yang memisahkan Dukuh London dari Desa Cluntang, Musuk.
Di utara, terdapat jurang kecil yang memisahkan Dukuh London dari Desa Wonodoyo, dan di timur terdapat Dukuh Turisari, Desa Jombong.
Sekretaris Desa Jombong, Purwoko, menjelaskan bahwa Dukuh Londonsari terletak di ketinggian lebih dari permukaan laut. Meskipun berada di ketinggian, akses menuju lokasi sangat mudah karena jalanan sudah beraspal.
Dukuh Londonsari juga dilengkapi dengan daya tarik wisata camping ground yang menawarkan pemandangan city view dan matahari terbit sejak tahun 202.
Dengan demikian, diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke dukuh tertinggi di Desa Jombong. Masyarakat yang berminat untuk melihat camping ground dapat mengunjungi Instagram @campground_londonsari atau londonsarilds.
"Kami berada di kaki Gunung Bibi, yang juga berdekatan dengan Merapi. Dari camping ground, pengunjung dapat menikmati pemandangan Gunung Merbabu, serta jalan menuju Selo yang terlihat jelas.
Pemandangan malam hari juga menampilkan lampu-lampu di bawah yang sangat indah," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa lokasi ini awalnya dijadikan camping ground karena keinginan Pemdes Jombong dan masyarakat untuk mengembangkan situs gua di daerah tersebut.
Selanjutnya, komunitas jeep dan downhill datang dan menilai bahwa pemandangan di Londonsari sangat cocok untuk menikmati suasana sejuk pegunungan.
Demikianlah informasi mengenai Dukuh Londonsari di Cepogo Boyolali, yang namanya mirip dengan Kota London, menyimpan sejarah yang layak untuk diketahui. Semoga informasi ini bermanfaat.