Blog  

Mewaspadai Faktor Makro Rambatan Global

Mewaspadai Faktor makro
Abdulloh Mubarok (Dosen FEB Universitas Pancasakti Tegal)

TEGAL, diswaysolo.id – Sudah 1 bulan lebih isu kebijakan tarif impor baru bertema ‘Reciprocal Tariffs’ yang digulirkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berlalu. Sebagian besar negara-negara di dunia terkena dampaknya, tidak terkecuali Indonesia. Mewaspadai Faktor Makro Rambatan Global.

Dampak terhadap Indonesia antara lainmenurunnya pesanan produk perusahaan manufaktur di Indonesia terutama produk yang terkena kebijakan tarif Trump seperti produk tekstil,pakaian dan alas kaki.

Dampak lainnya antara lain terjadinya inflasi atas barang-barang impor dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS (USD).

Baca Juga:  Dengan Akreditasi UNGGUL, Lulusan FEB UPS Siap Menghadapi Persaingan di Dunia Kerja

Mewaspadai Faktor Makro Rambatan Global

Terkait penyebab munculnya kebijakan tarif Trump, hasil analisis menunjukan salah satunya disebabkan naiknya utang luar negeri AS. Saat ini tercatat total utang AS (Total Public Debt Outstanding) sebesar US$36,21 triliun.

Fenomena tingginya utang yang dimiliki AS, yang notebene adalah negara maju, disamping memberikan dampak internal, seperti memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan biaya modal, juga memiliki rambatan global.

Yaitu memberikan dampak menyebar ke berbagai negara di dunia baik dampak pada stabilitas moneter maupun sistem keuangan.

Utang luar negeri AS, termasuk juga utang negara-negara maju lainnya, berpengaruh terhadap meningkatnya kredit global. Negara maju dengan tingkat utang publik tinggi biasanya mengalami defisit anggaran.

Untuk menutup defisit, negara kemudian meminjam uang dari pasar keuangan global melalui penerbitan obligasi atau pinjaman. Keberadaan utang negara maju juga berpotensi mengurangi likuiditas.

Hal ini terjadi karena negara-negara tersebut lebih memilih memanfaatkan dananya untuk pembayaran utang dibandingkan membiayai investasi atau konsumsi.

Kombinasi dari meningkatnya permintaan kredit dan berkurangnya penawaran likuiditas memberikan dampak turunan yaitu kenaikan suku bunga global.