diswaysolo.id – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) dan Komisi X DPR RI telah membahas mengenai metode pembelajaran Deep Learning untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Manifestasi Prinsip Filosofi Pedagogi.
Dalam pendidikan, Deep Learning yang dimaksud dalam pembahasan tersebut adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam dalam cakupan materi yang lebih sempit.
Istilah Deep Learning berbeda dengan istilah yang biasa digunakan dalam bidang artificial intelligence (AI). Melalui deep learning ini peserta didik didorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran dan menyelami topik yang sedang dipelajari yang memungkinkan mereka untuk menjelajah lebih dalam dan menikmati keseluruhan lingkup topik tersebut.
Manifestasi Prinsip Filosofi Pedagogi Dalam Kebijakan Deep Learning
Menurut Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen). Pendekatan pembelajaran Deep Learning dapat tercapai melalui 3 elemen utama, yakni Meaningful Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning.
Melalui proses Meaningful Learning, siswa dapat memaknai hal-hal yang sedang ia pelajari. Kemudian, melalui proses Mindful Learning, siswa dapat menjadi agen aktif yang secara sadar berniat untuk mengembangkan pemahaman dan kompetensinya.
Proses Joyful Learning membuat siswa menjadi termotivasi dalam menjalani proses pembelajarannya. Teori Meaningful Learning yang dicetuskan oleh David Ausubel menjelaskan proses pembelajaran dimana guru membantu siswa untuk mengaitkan konsep baru yang akan diajarkan dengan konsep-konsep yang sebelumnya sudah mereka pahami.
Proses belajar Meaningful Learning ini bertujuan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa sedangkan Mindful Learning seringkali dikenal sebagai metakognisi dalam teori pendidikan.
Dalam Mindful Learning, siswa diajak untuk senantiasa sadar akan proses pembelajaran yang sedang ia jalani. Kesadaran ini terdiri dari beberapa aspek yaitu Kesadaran akan hal-hal yang sudah ia pahami atau kuasai sebelumnya.
Kesadaran akan hal-hal yang belum ia pahami atau kuasai, Kesadaran akan pentingnya pemahaman atau penguasaan kompetensi dari apa yang ia sedang pelajari. Kesadaran akan alur proses pembelajaran yang sedang ia jalani demi tercapainya pemahaman atau kompetensi yang ingin ia capai.
Kesadaran akan kemajuan pemahaman atau kompetensi setelah merefleksikan proses pembelajaran yang telah ia lewati. Kesadaran akan hal-hal yang masih dapat dieksplorasi lebih lanjut dalam proses pembelajaran berikutnya.
Dengan demikian, siswa dituntun untuk menjadi agen aktif yang bertanggung jawab atas proses pembelajarannya sendiri.
Berbeda dengan orang dewasa, kesadaran ini bukanlah sesuatu yang dapat timbul secara otomatis dalam diri anak-anak, sehingga guru harus terus-menerus menghidupkan kesadaran ini dari awal sampai akhir proses pembelajaran.
Misalnya, guru bisa membiasakan siswa untuk selalu membuat kesimpulan pembelajaran sendiri di akhir sesi ajar dan merefleksikan perkembangan pemahaman atau kompetensinya.
Melalui proses refleksi ini, siswa dapat memahami kekuatan dan kelemahan mereka masing-masing, serta memiliki target yang lebih jelas untuk pembelajaran berikutnya dan Joyful Learning menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang positif agar siswa dapat menikmati setiap bagian dari proses pembelajaran.
Contohnya, pendekatan pembelajaran melalui permainan (game) atau aktivitas interaktif dapat membuat siswa lebih antusias dalam belajar.
Hal ini penting untuk mendorong anak-anak agar lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan menikmati pengalaman belajarnya.
Manifestasi prinsip filosofi dengan aspek meaningful dan mindful learning
Terlebih lagi jika dipadukan dengan aspek meaningful dan mindful learning, kita berharap siswa dapat memiliki motivasi intrinsik dalam belajar dan akhirnya menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Dengan demikian Dalam konteks pendidikan, dapat disimpulkan bahwa Deep Learning (pembelajaran mendalam) merujuk pada pendekatan pembelajaran yang menekankan pada Penguasaan kompetensi holistik (kognitif, afektif, psikomotor).
Pengembangan keterampilan tingkat tinggi seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah, Pembelajaran berbasis konteks nyata (real-world learning), serta fokus pada pemahaman konseptual.
Kebijakan Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka memiliki hubungan yang erat dan saling memperkuat prinsip filosofi pedagogi, seperti aliran filosofi pedagogi Konstruktivisme (Piaget, Vygotsky) yang berprinsip Pengetahuan dibangun oleh siswa melalui pengalaman dan interaksi sosial.
Progresivisme (John Dewey) yang berprinsip Pendidikan harus relevan dengan kehidupan siswa dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi masalah nyata.
Humanisme (Carl Rogers, Abraham Maslow) yang berprinsip Pendidikan harus memenuhi kebutuhan holistik siswa (intelektual, emosional, sosial).
Pedagogi Kritis (Paulo Freire)yang berprinsip Pendidikan sebagai alat untuk membangun kesadaran kritis dan memberdayakan siswa.
Dengan memadukan prinsip-prinsip diatas, kebijakan ini bertujuan menciptakan pembelajaran yang bermakna relevan, dan memberdayakan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat (lifelong learners).
Serta mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan tuntutan abad ke-21 atau 21st Century Skills, yang terbagi menjadi tiga poin besar, yaitu Foundational Literacies, Competencies, dan Character Qualities.
Pendekatan Deep Learning yang diusulkan Mendikdasmen tidak dimaksudkan sebagai pengganti Kurikulum Merdeka, melainkan sebagai pendekatan pembelajaran baru yang bisa saja diterapkan di dalam kurikulum yang ada.
Artinya, Deep Learning bukanlah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada pemahaman konsep dan eksplorasi secara mendalam.
Dengan diterapkannya pendekatan Deep Learning dalam pendidikan di Indonesia, diharapkan siswa dapat berkembang menjadi individu yang lebih kritis, memiliki pemahaman mendalam,serta mampu berpikir reflektif.
Semoga …….Salam Pedagogi.