5 Fakta Menarik Alun-alun Kidul Keraton Solo, Tepat Untuk Kegiatan Wisata Sejarah

Alun-alun
Fakta menarik alun-alun kidul Solo

DISWAYSOLO.ID – Setelah revitalisasi dan dibuka kembali untuk umum pada Minggu, 9 Maret 2025, Alun-alun Kidul atau Alkid Keraton Solo menarik perhatian warga setempat dan wisatawan untuk menikmati kuliner serta berolahraga di pagi dan sore hari inilah 5 fakta menarik alun -alun kidul Keraton Solo.

Di balik penampilan barunya, Alkid menyimpan berbagai fakta menarik yang dapat dijadikan daya tarik wisata sejarah, mengingat banyaknya benda yang memiliki nilai historis tinggi.

Baca Juga:  Sarapan Khas Solo yang Murah dan Cocok Di Kantong Pelajar

5 Fakta Menarik Alun-alun Kidul Keraton Solo

Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan dari berbagai sumber pada Selasa, 18 Maret 2025,

Berikut lima fakta menarik mengenai lokasi yang juga terkenal sebagai Alun-alun Gadingan.

1. Kebo Bule Keturunan Kiai Slamet

Salah satu simbol dan pusaka yang ada pada Alkid adalah kebo bule yang merupakan keturunan Kiai Slamet. Sebelum masa Paku Buwono XII, kerbau-kerbau ini terbiarkan berkeliaran pada kawasan Alkid.

Namun, setelah itu, kebo berwarna merah muda tersebut kami pindahkan ke kandang pada Alkid demi alasan keamanan. Joko Gepeng, seorang penjaga kandang berusia 65 tahun.

Menyebutkan bahwa saat ini terdapat 15 ekor kebo bule pada  Alkid dengan berbagai usia.

Joko menambahkan bahwa setelah revitalisasi, kebo bule menjadi daya tarik bagi pengunjung.

Terutama anak-anak, karena mereka dapat memberi makan kerbau dengan membeli sayuran seharga Rp3.000.

2. Pohon Beringin Berusia Ratusan Tahun

Seperti yang terdapat pada Alun-alun Utara, Alkid juga memiliki pohon beringin kembar.

Pohon ini kami pindahkan dari Kartasura dan kami tanam pada Alkid saat peristiwa Boyong Kedhaton.

Yaitu perpindahan Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala, yang kini terkenal sebagai Surakarta, pada 17 Februari 1745.

Keunikan pohon beringin pada Alkid Keraton Solo terletak pada namanya, yaitu Kiai Dewandaru untuk pohon pada  sisi barat dan Kiai Jayandaru untuk pohon pada sisi timur.

Nama Dewandaru berasal dari kata Dewa dan Daru, yang berarti cahaya kedewaan.

Sementara itu, Jayandaru berasal dari kata Wijaya dan Daru, yang dapat kami artikan sebagai cahaya kemenangan.

Masyarakat sering menyebut pohon ini sebagai ringin sangkeran atau ringin kurung karena ada pagar besi yang mengelilinginya.

“Namun, nama resmi pohon tersebut adalah Dewandaru dan Jayandaru, yang merupakan nama pohon kedewaan dalam pewayangan,”.

Ungkap sejarawan dan budayawan yang juga kerabat Keraton Solo, RM Riyo Panji Restu Budi Setiawan,Rabu, 12 Maret 2025.

3. Revitalisasi

Revitalisasi Alun-alun Utara dan Alun-alun Kidul merupakan bagian dari proyek penataan kawasan Keraton Solo.

Ini yang melaksanakan dari  Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah, memulainya pada awal tahun 2024.

Proyek revitalisasi kedua alun-alun ini kami danai oleh ABPN 2023 dengan anggaran sebesar Rp39.598.500.000.

Penataan kembali Alkid bertujuan untuk memperbaiki area lapangan, membangun 42 selter pedagang.

Menyediakan citywalk, menata kandang kebo bule keturunan Kiai Slamet, serta beberapa aspek lainnya.

Revitalisasi Alkid telah selesai dan kami serahterimakan pada September 2024, namun baru kami buka untuk umum pada Maret 2025 karena masih kami perlukan beberapa perbaikan kecil.

Baca Juga:  Putra Mahkota Solo Nyatakan Dukungan Kepada Prabowo-Gibran

4. Kereta Jenazah PB X

Salah satu fakta menarik pada Alkid Keraton Solo adalah keberadaan dua gerbong kereta api.

Untuk sisi timur terdapat Kereta Pesiar Paku Buwono (PB) X, yang menggunakan oleh PB X untuk mengunjungi pabrik gula atau melakukan perjalanan ke berbagai daerah bersama keluarganya.

Sementara itu, pada sisi barat terdapat gerbong yang berfungsi untuk mengantarkan PB X ke tempat peristirahatan terakhirnya. Gerbong ini terkenal sebagai Kereta Jenazah PB X, yang merupakan milik Keraton Solo.

Dalam sejarahnya, kereta ini hanya kami gunakan sekali pada tahun 1939 untuk membawa jenazah PB X dari Stasiun Solo Balapan menuju Stasiun Tugu Yogyakarta.

Setelah itu, jenazah PB X kami angkut menggunakan kereta kuda menuju Makam Raja Imogiri.

Setelah peristiwa tersebut, gerbong kereta jenazah sempat kita pindahkan ke Balai Yasa Yogyakarta untuk perbaikan.

Akhirnya, gerbong ini kembali ke Solo dan kami tempatkan pada Alun-alun Kidul sebagai bentuk penghormatan terhadap salah satu benda pusaka keraton.

“Gerbong jenazah ini kami kembalikan ke Solo dan kami tempatkan pada Alkid pada tahun 1980,” ungkap RM Riyo Panji Restu Budi Setiawan, Rabu 12 Maret 2025.

5. Lokasi Pengantaran Jenazah Raja dan Permaisuri

Fakta menarik lainnya pada Alkid Keraton Solo adalah perannya sebagai lokasi pengantaran jenazah raja atau permaisuri sebelum kami kebumikan.

Hal ini penyebabnya karena Alkid merupakan tempat paraning mangidul, yang berarti jalan menuju ke selatan.

Arah selatan atau kidul dalam kosmologi Jawa menganggapnya  sebagai sisi yang sakral. Penyakralan ini berkaitan erat dengan mitologi Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul.