SRAGEN, DISWAYSOLO.ID – Pada sebuah lahan kosong milik Pemerintah Desa Taraman, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, terdapat sebuah makam berbentuk lingkaran dengan diameter 4 meter, kita akan menelusuri sejarah makam bundar dan masjid tertua desa Taraman, Sragen.
Makam ini dugaannya milik seorang tokoh agama yang menjadi pelopor Dukuh Senden, Desa Taraman.
Lokasi makam tersebut terletak tidak jauh dari Masjid Al Irsyad, yang konon pendirinya adalah seorang ulama keturunan priyayi dari Keraton Surakarta Hadiningrat.
Masjid yang mendirikannya adalah Kiai Abu Amar, seorang tokoh agama asal Kebumen, yang berperan dalam penyebaran ajaran Islam pada wilayah Taraman dan sekitarnya.
Masjid yang pembangunnya merupakan masjid pertama pada Desa Taraman dan mungkin juga masjid tertua di Kecamatan Sidoharjo, Sragen.
Artikel ini akan membahas penelusuran sejarah makam bundar dan masjid tertua di Desa Taraman, Sragen.
Mari kita simak dan baca hingga tuntas!
Ragam Kuliner Favorit Masyarakat Sragen yang Nggak Boleh Dilewatkan
Menelusuri Sejarah Makam Bundar dan Masjid Tertua
Cucu Kiai Abu Amar yang tinggal pada sebelah timur Masjid Al Irsyad Dukuh Senden RT 19, Mbah Mustaqim, 69 tahun, menceritakan tentang kakek buyutnya.
Dalam wawancara pada Sabtu, 8 Maret 2025, ia mengungkapkan bahwa Kiai Abu Amar datang ke Senden dalam kondisi yang sudah cukup lanjut usia.
Ia menyebutkan bahwa Kiai Abu Amar menikah dengan seorang wanita yang merupakan anak dari Mbah Abdul Ghofur, yang makamnya berbentuk bulat.
“Setelah beberapa waktu tinggal di sini, Mbah Kiai Abu Amar mendirikan sebuah masjid kecil di dekat sumur yang sudah ada sejak zaman wali. Ini berarti sumur tersebut sudah ada sebelum masjid didirikan.
Dulu, sumur itu menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Senden dan sekitarnya. Jadi, Mbah Abdul Ghofur belum mendirikan masjid pada saat itu,” jelas Mustaqim.
Ia juga menjelaskan bahwa makam berbentuk lingkaran tersebut adalah makam Mbah Abdul Ghofur, yang menjadi cikal bakal pada Dukuh Senden.
Masjid ini awalnya hanya mengenal sebagai Masjid Senden
Kiai Abu Amar memiliki seorang putra bernama Ahmad Kharis, yang juga merupakan ayah dari Mustaqim.
Ia menambahkan bahwa masjid tersebut awalnya hanya mengenal sebagai Masjid Senden, dan setelah melakukan renovasi, masjid itu memberi nama baru oleh warga menjadi Masjid Al Irsyad.
Polda Jateng Mengungkap Praktik Prostitusi di Destinasi Wisata Gunung Kemukus, Sragen
“Masjid ini telah merehabnya sebanyak tiga kali. Ini adalah wakaf dari ayah saya, Mbah Ahmad Kharis. Dulu, banyak orang yang salat berjamaah pada masjid ini meskipun ukurannya masih kecil,” tuturnya.
Kecamatan Sidoharjo telah mengeluarkan kebijakan yang menetapkan bahwa Salat Jumat hanya melaksanakannya untuk Masjid Sidoharjo, yang kini berlokasi dekat Balai Desa Sidoharjo.
Kiai Abu Amar dengan tegas memutuskan untuk menjadikan masjidnya sebagai tempat pelaksanaan Salat Jumat secara berjamaah.
“Untuk wilayah Desa Jambanan, banyak warga yang mengikuti Salat Jumat pada Masjid Senden ini,” ungkapnya.
Mustaqim lahir pada tahun 1956, sedangkan ayahnya meninggal dunia pada tahun 2007 dalam usia sekitar 90 tahun.
Dengan demikian, Mbah Ahmad Kharis lahir pada tahun 1917, yang menunjukkan bahwa masjid tersebut mendirikannya pada awal tahun 1900 atau awal abad ke-20. Mbah Abdul Ghafur perkiraan hidup pada akhir abad ke-19.
Hingga saat ini, masjid tersebut tetap ramai. Banyak jemaah yang melaksanakan salat wajib lima waktu, terutama pada waktu Subuh dan Magrib. Sebagian besar jemaahnya adalah warga setempat yang sudah berusia lanjut.
Demikian ulasan tentang penelusuran sejarah makam bundar dan masjid tertua di Desa Taraman, Sragen. Semoga bermanfaat.